Thursday 11 October 2012

Pejam Mata, Kemudian baca.


Hai. Selamat Pagi. Selamat pagi untuk seseorang yang ada di seberang. Entah di seberang pulau atau di seberang dunia nyata atau di seberang pelanet.
Saya mau cerita. Sedikit menye dan bombay. Tapi saya nggak tahu lagi mau cerita kepada siapa. Tempat saya cerita yang paling enak sudah punya tempatnya sendiri-sendiri. Mereka mungkin nggak pernah lupa dengan saya. Kawan-kawan yang ada disekitar saya ada. Mereka ada. Kelihatan. Tapi nggak tahu kenapa, saya ngerasa sendiri aja. Dan saya nggak tahu mulai dari mana.
Saya orangnya sih sulit banget cerita yang 'dalem' ke orang lain. Bukannya nggak percaya. Ini mungkin karena saya sendiri yang telinganya tebel. Yang jarang (bahkan gak mau) 'dengerin' orang yang nggak tahu banyak tentang saya. Salah saya juga sih. Hahaha
Jadi gini, 2012 ini cepet banget ya. Kerasa cepetnya. Januari hangat-hangatnya pengaderan. Februari Teater Holic. April Teater Holic. Mei Peksiminal. Juni UAS. Juli Temu Teman yang saya nyesel banget nggak ikut :(. Agustus Puasa. September masuk kuliah. Dan tadaaaa sudah Oktober saja.
Selama itu pula (bahkan lebih), nggak tahu kenapa saya masiiiiiiiih aja ngerasa sendiri. Nggak tau mau cerita ke siapa, beban itu ditumpahin sendiri ke kaca bukan ke orang. Ramai-ramai pun saya suka ngilang kemudian balik lagi. Aneh memang.
Hati juga nggak tahu mau kemana juntrungnya. Gampang banget jatuh cinta dengan seseorang, dan seseorang itu bisa bikin berubah jadi yang lebih baik. Eh, giliran dia nemu cewek yang bikin jatuh cinta dan dianya digantung, sayanya yang patah hati, dan perubahan yang bikin saya lebih baik pun sirna. Apa maunya coba?
Sebelum patah hati, saya coba lari ke kegiatan-kegiatan buat menghindari semakin 'kulino'-nya saya ke dia. Berhasil sih. Berhasil buat jarang ketemu sama dia. Sekalinya ketemu dingin-dinginan. Gak ngomong. Untuk mengurangi 'kulino'nya? Saya nggak yakin.
Nah, ketika banyakin kegiatan itu, tetiba aja  dibolehin naik motor. Setelah Bapak percaya kalau saya bisa naik motor beneran (FYI, saya baru bisa naik motor beneran itu sekitar bulan mei pertengahan). Setelah saya bawa motor (untuk beberapa ketentuan aja), mulai deh plannya ngurangin 'kulino'nya berjalan. Karena udah nggak ada hambatan buat kesana kemari karena sudah ada kendaraan.
Setelah itu, kulinonya udah berkurang. Tapi coba apa tebak! Lama-lama saya kangen sama dia. Udah ketagihan kok. Terus mau apa? Belakangan ini saya suka keinget kalo dibonceng dia itu kek gimana ketika saya lagi dibonceng malem-malem entah sama siapa. 
Jaman sebelum saya sok sokan jauhan sama dia, dia lumayan sering nganterin saya pulang kalau udah malem. Meski cuma nganter aja sih. Dan itu pun di depan portal, karena jam 11 lebih udah ditutup. Tanpa kecupan manis selamat malam. Haha ngaco saja.
Yang bikin kangen keinget dibonceng sama dia itu adalah : punggung, pundak, dan aroma badannya yang kecapekan belum mandi haha. Punggungnya memang biasa aja, pundaknya memang nggak bidang, dan badannya itu cenderung ke arah bau yang gak pake parfum. Tapi, nggak tahu kenapa, ketika saya di belakangnya itu, saya berasa berada di belakangnya bapak. Ngerasa aman dan nyaman. Untuk punggungnya, saya suka tulang belikatnya yang sedikit menonjol.
Dan belum lagi percakapan malam kita. Sepanjang perjalanan, kita selalu ngobrol nggak ada henti. Haha. Jadi, perjalanan kampus-rumah yang kalau malam-malam dia bisa ngebut cuma butuh waktu 5-10 menit, ini malah 15-20 menit. Pelan banget. Standar lah. Mirip bapak kalau nyetir.
Memang sih, percakapan itu nggak penting-penting banget. Tapi, hellooooo siapa yang peduli penting nggaknya. Yang penting, dia menghargai saya banget. Saya ngerasa saja seperti itu. Dia ngehargai saya kalau saya ini doyan banget ngayal. Dan apa? Dalam percakapan itu, saya selalu ngerasa sedang memutar otak kananku namun secara nyata. Begini, hmm.. saya posisi ngayal, membayangkan, namun mata saya terbuka lebar, dan dia mampu membuat alirannya sendiri. Kurang lebih seperti itu.
Belum lagi dengan sms-smsnya, sikap-sikap dia dan.. ah, sudah.
Tapi dia sekarang sudah beda. Sudah nggak seperti dia yang dulu saya kenal. Ketawanya sudah beda.
Dan sekarang memang rasa itu sudah.. apa ya.. dibilang sudah ngga ada juga enggak, karena saya masih ngerasa ketagihan sama dia. Dibilang masih ada rasa juga enggak, karena saya udah biasa saja kalau sama dia. Jantung nggak underground gitu.

Jadi, mau apa? Mau minta ke dia kalau dia sama saya saja? Tidak. 
Saya mau dia bahagia, tenang, bisa lebih baik, nggak suka kangen rumah, dewasa, nggak sok sokan dewasa, dominan sedikiiiiit saja. Apalagi kalau dia bahagia dengan seseorang yang dia kejar.
Saya cuma mau dia bahagia, nggak banyak cecapan dan kerutan di alisnya. Aamiin.
Selamat pagi. Selamat tidur. Semoga bahagia. :*
ps: sebenarnya tadi nggak mau mosting yang segini amat sih. Mau yang lebih parah. Eh, malah yang keluar ini. Haha mohon dimaafkeun :3

No comments:

Post a Comment