Wednesday 31 October 2012

FCT day #16 : Maaf, Dok.


Maafkan saya, Dok. Saya tidak bisa terus-terusan jatuh cinta kepada Anda. Mungkin lebih tepatnya, saya benar-benar tidak bisa mencintai Anda, meski saya tahu siapa sebenarnya Anda ini. Maaf, Dok.

Maafkan saya, Dok. Saya harus menghentikan loncatan Anda. Entah dalam pikiran saya, atau dalam hadapan saya. Saya tidak bisa terus-terusan lihat Anda loncat-loncat seperti itu. Maaf, Dok

Maafkan saya, Dok. Saya harus menghalangi langkah Anda. Saya tidak bisa lihat Anda berjalan terus, tanpa hiraukan tikungan tajam dan cekungan yang menjebak. Saya juga tidak bisa lihat Anda terus-terusan berjalan. Maaf, Dok

Maafkan saya, Dok. Saya tidak bisa mencium Anda untuk menyempurnakan malam Anda. Bukankah Anda selalu melewatkan malam yang selalu sempurna? Dan saya juga tahu akan berakibat apa nanti jika saya mencium Anda. Sebaik apapun itu, saya tetap tidak mau. Maaf, dok.

Maafkan saya, Dok. Sepertinya hujan lebih menawan untuk memanggil Anda. Namun tetap saja, Anda masih seperti Anda yang biasanya. Minta cinta, loncat-loncat, terus-terusan melangkah, minta cium. Anda bukan Pangeran Kodok yang saya cari. Maaf, Dok

Tuesday 30 October 2012

FCT day #15 : Putri Tidur


Mengapa tidak ada yang bertanya : mengapa dongeng selalu dikisahkan di sebuah negeri dongeng yang indah, dengan seorang pangeran tampan dan putri yang cantik bertemu di sebuah ciuman karena nenek penyihir yang jahat?

Aku tahu jawabannya : Dongeng adalah cerita yang disembunyikan.

*

Syahdan, dikisahkan dalam sebuah dongeng yang tidak disembunyikan, seorang Putri sedang tertidur, dan menunggu Sang Pangeran datang untuk menciumnya agar Sang Putri bangun, kemudian mau menikah secara cuma-cuma dengan Sang Pangeran. Sang Putri yang cantik hanya menunggu dalam sebuah tidur yang panjang.

Dalam tidurnya, ia bertemu dengan seorang pemuda yang sedang berkelana dari satu mimpi ke mimpi yang lain. Tanpa ada percakapan yang dimulai, pemuda itu tersenyum dan mengakhiri pertemuannya dengan kalimat yang tiba-tiba terbaca di otaknya, "Bangunlah, jangan menunggu."

Sayangnya, bukan itu yang bisa membangunkannya.

*

Di lembah yang berbeda, hiduplah seorang Pangeran yang lebih suka menyebut insomnia sebagai anugerah para dewa-dewa tinggi yang diberikan kepadanya agar ia tidak bisa melewatkan kejadian barang sedetikpun di hadapannya. Namun kelebihan yang biasa dinikmatinya itu terkadang mendapat hujatan berupa cecapan dan keluh.

Dengan kelebihan itu, pangeran mempunyai kebiasaan baru : mencari. Ia terus mencari, tanpa peduli apa yang dikatakan orang mengenai apa yang selama ini dicarinya. Termasuk takdirnya untuk mencium Sang Putri yang sama sekali ia tidak yakini. Bukan itu yang dicarinya, begitu keyakinannya berkata, dan ia kembali mencari meninggalkan istana.

*

Tak ada penyihir jahat yang berusaha memisahkan mereka. Semua penyihir diciptakan baik. Sang Putri tertidur hingga ada seorang Pangeran yang menciumnya. Sang pangeran terus mencari, tanpa tahu apa yang dicarinya. Akhirnya, mereka tidak pernah bertemu. Sekian.

Monday 29 October 2012

FCT day #14 : Takaran Dosis




"...My heart stops without you. There's something about you that makes me feel alive..."
-Owl City's Honey and The Bee

Aku baru saja mati. Jantung memilih hidupnya sendiri. Sejak aku memutuskan untuk menjadi hantu yang terus mengamati dia kapanpun aku mau, si Jantung yakin betul dengan kerjanya yang selalu berdegup yang melebihi batas normal. Jantungku merasa benar-benar utuh.

Jantung yang paling bodoh. Dia pikir, aku yang tidak bisa hidup untuk dia? Aku yang tidak bisa hidup dengan pompaannya? Kata siapa? Bodoh! Padahal dia yang tidak bisa hidup untuk aku. Sekarang aku tanya, untuk siapa sekarang dia berdetak setelah memutuskan untuk pisah denganku?

Aku mati. Namun belum tentu aku tidak hidup, kan? Aku masih suka mengamati dia dari dekat. Ya, dari dekat!! Jika seseorang itu obat, aku sedang overdosis

*

Aku sedang hidup, enggan mati. Seutuhnya bernyawa. Tidak mau beranjak untuk kemana. Seperti jantung menemukan nutrisinya. Ia berdetak seimbang diantara dua keraguan yang ragu atas keraguan yang dipilihnya. Bahkan ragu, ia tetap berdetak. Stabil, sesuai dengan acuan dokter.

Aku tak bisa ucap lagi apa yang sedang rasakan setiap elemen tubuhku. Tak tahu, hanya tak ingin banyak cakap saja. Hanya ingin memintamu untuk menikmatinya sendiri. Jika aku sakit, maka seseorang itulah obatnya.

*

Aku baru saja mati. Tak temukan beberapa degupan barang sedikit sekalipun. Sebelumnya, hari-hari terasa hanya terera di kalender-kalender. Aku berjalan diantaranya, seperti tidak menemui gundukan, cekungan, tikungan, tanjakan, atau apapun itu. Kalaupun aku temui, aku tidak sedang merasakan mereka.

Tidak, aku tidak sedang bahagia. Aku tidak sedang bahagia karena tidak menemui atau tidak merasakan goncangan itu. Asal kau tahu, aku seperti melihat layar putih kosong, kecepatan stabil sejak tarikan gas pertama, jalanan hitam lengang tanpa bisa temui ujung atau kelokan, ruang angkasa tanpa oksigen, atau malah gula dan garam tidak pernah ada. Rasanya apa? Iya, itu maksudku.

Aku seperti sedang sakit, tiada temukan obat.

Sunday 28 October 2012

FCT day #13 : KD0075

Metabu. Burung asal ruang angkasa berwarna perak metalik mendarat cuma-cuma di hadapan kami. Ia suka mengintai bumi dari kejauhan. Terkadang mengitarinya, atau mengobrol ringan dengan bumi dengan bahan kerusakan organ vitalnya. Malam ini, Metabu memberikan pesan kepada kami untuk pencarian sebuah benda yang tersembunyi di antara dekapan semesta.

Tantangan diterima. Kami akan pergi, tanpa peduli apa yang akan kami hadapi, kami tetap pergi.

Kami mengangkasa dengan roket KD0075. Melejit jauh. Mengabsen tahta bintang yang setiap malam temu sapa dengan kami. Bertemu alien yang sedang menjaga salah satu gerbang galaksi. Bertempur dengan sekawanan makhluk yang kami belum pernah berkenalan sebelumnya.

Tiba di sebuah planet untuk mengistirahatkan diri, kami naik ke gunung. Uniknya, kami bisa naik dalam satu langkah, dan turun dengan satu lompatan. KD0075 yang menunggu dari kejauhan seketika berubah menjadi kapal selam di depan mata kami, dan laut luas menyambut kami. Kami belum kembali. Kami belum mau kembali.

------------------------------

ps : Main-main dengan anak kecil ketika Denah. Dan seketika hayalan saya kembali lagi :D rasanya ini kurang keren kalau untuk mereka

Saturday 27 October 2012

FCT day #12 : Jalan Mati

Kami di lahirkan dari biang yang sama. Kami istimewa. Besar dan ditempa dengan cara yang nyaris sama. Dengan kualitas yang tidak bisa dibandingkan dengan spesies lainnya. Meski nasib berbeda, namun nyatanya kami masih sejajar, tidak saling bersaing. Kami masih dalam satu naungan.

Tiba hari pemutusan. Kami harus dibedakan. Kasta tinggi, kasta rendah. Tanpa kami ketahui siapa yang memiliki kedudukan kasta tinggi ataupun kasta rendah. Kami harus berpisah, berjalan di jalan yang sesungguhnya tidak kami kehendaki.

*

Aku memeluk sebuah benda yang mudah terganti setiap masanya. Tiada yang jatuh cinta denganku, karena aku terlalu lusuh. Ckck, sayangnya mereka tidak mengerti bagaimana aku mengolah mutiara yang sedang kupeluk ini.

Saudaraku memeluk benda dengan lapisan kulit. Dandanannya kinclong. Tidak ada yang tidak jatuh cinta dengannya. Sehingga mudah baginya berpindah dari rumah mewah satu ke rumah mewah lainnya. Sayangnya, tidak ada yang mau menikah dengannya.

Mengapa kami saling tahu? Kami punya koneksi yang harus segera dilaporkan melewati induk kami yang terkandung di serat-serat tubuh kami.

*

Kami bertemu dalam satu rumah. Rumah suami kami yang sah. Ia mencintai kami, namun selebihnya, ia lebih mencintai apa yang kami peluk. Selanjutnya, masing-masing dari tubuh kami disimpan. Hingga pada suatu ketika, tubuh-tubuh kami terpisah, menjadi bentuk baru, kemudian dibuang. Kami lupa siapa kami.

Kami sudah mati, duduk lesu diantara makhluk-makhluk dari negeri antah berantah. Kami hanya ada satu. Dan kau akanjarang temukan kami. Kami akan kembali dalam satu naungan yang sama.


--------------------

Ditemukan ketika kelas Agus Noor. Dia suruh orang yang ada di kelasnya mengimajinasikan hubungan antara tas dan handphone. Saya kepikiran kardus yang membungkus mereka, dan jadilah mereka menjadi 'kami' dalam FCT ini.

Friday 26 October 2012

FCT day #11 : Selamanya Disini


Aku sedang melihat matahari tenggelam. | Oh ya? Pasti indah. Aku sedang melihati ia terbit.

*

Musik-musik perbukitan, dibawah pohon sarang kunang-kunang, hadap ke barat sambil tutup mata.

*

Aku mau pergi ke sebuah tempat dimana semua seperti persis apa yang aku ceritakan. Tenang, aku tak perlu kembali.

Tempat dimana aku hanya bisa duduk saja, dengarkan angin-angin berkelit dengan dedaunan, dan menulis di atas kertas dengan tulis tangan. Tersedia teh seduhan pertama setiap pagi, setiap aku menulis. Tersedia segala macam kertas dari penjuru dunia. Kusimpan, sesekali kupakai. Pasti kupakai semua. Ada yang mengirimkan secara cuma-cuma. Setelah selesai menulis, kertas-kertasnya terbang sesukanya keudara, hinggap di hati siapa saja yang beruntung. Kubilang kamu, selalu kamu. 

Dan kekasihku adalah kau yang selalu terjaga, enggan terlelap, takut kelewat satu pun kejadian yang sedang terjadi.

Musik-musiknya tiba-tiba terbang sesukanya di ruanganku tanpa harus memilih dan diminta main dan selalu buat saya jatuh cinta. Daunnya yang berguguran dan mengering, selalu kering meski terkena hujan. Karena daun kering yang diinjak itu.. mesra. 

Kenapa tak ada pantai? Karena pantai dan laut adalah tempat pulang, sedangkan aku tak mau di rumah saja.

*

Saya nggak mau paris atau perancis atau eiffel. Saya cuma mau bukit, pohon kunang-kunang atau lampu-lampu dan padang rumput luas. 


Tersedia dalam kemasan Twitter (@rahamnita) dengan sedikit pengaturan (editing) :)


ps : Ini yang lumayan paling cepat. Dari jam 10.30 malam sampai jam 1 pagi, menghasilkan 6 FCT. *fiuuuh cantik

Thursday 25 October 2012

FCT day #10 : Teori Setengah Lompatan


Kalau langit-langit kamarmu tidak begitu tinggi, cobalah melompat dengan satu lompatan, dan sentuh. Bisa? Kalau bisa atau nyaris bisa, anggap saja kau sudah bisa menyentuh langit-langit kamarmu dengan satu lompatan. ..........(Teori Pertama)

Kalau kau cinta sekali dengan langit, dan ingin kesana atau menyentuhnya, kau hanya butuh melompat sejauh setengah lompatan dengan meyakini teori pertama. ..........(Teori Kedua)

Begini penyelesaiannya:
Satu Lompatan = Langit-Langit
1 Lompatan = Langit2
1 Lompatan = Langit x 2
Kedua ruas dibagi 2 atau dikali setengah
1/2 Lompatan = Langit
Terbukti

Kalau kau bertemu dengan seseorang yang senyumnya bisa membuatmu girang, atau seharian ini sedang bersenang-senang dengan orang yang sama dan menikmati senyumnya sepanjang hari, atau apa saja yang membuat perasaanmu merasa tidak terdiskripsikan dengan kata dan bahasa apapun. ..........(Teori Setengah Lompatan)

Wednesday 24 October 2012

FCT day #9 : Jalan Pulang


Malam ini aku berpura tertidur di pundaknya di perjalan pulang kami. Seperti biasanya, ia mengatarku tepat di depan rumah. Tak pernah lebih atau kurang, sehingga membuatku tak perlu berjalan lebih untuk sampai ke depan pintu gerbang. Aku turun dengan mata yang sok sokan terpejam dengan arah suara mengelantur seperti tidak bisa menahan kantuk.

Esok libur panjang, dan malam ini juga ia akan pulang ke rumah ibunya. Begitu katanya tadi. Aku tak pernah curiga dengan apa yang membuatnya pulang meski ia terbilang jarang sekali pulang. Namun tiba-tiba saja aku ingin tahu kemana arah jalannya pulang.

Kami selalu tahu jalan masing-masing untuk berangkat karena kami selalu berangkat bersama-sama. Ia tahu jalanku untuk pulang, namun aku tidak tahu kemana arah jalannya pulang. Bisa dibilang ini curang.

*

Aku berada di pundaknya. Melihat arah jalannya pulang. Kecepatan mengemudinya nyaris seratus meter perjam. Berbeda sekali dengan kecepatannya ketika mengantarkanku pulang. Aku bisa merasakan keinginannya yang menggebu untuk segera berjumpa dengan rumah dan tanah di pekarangan halaman rumahnya. Aku bisa merasakan jantungnya yang berdegup lebih tenang, tidak sama seperti ketika bersama tubuhku.

Tuesday 23 October 2012

FCT day #8 : Kelas Ekonomi


Pemuda kemarin yang cintanya diterima oleh Naima ditemukan mati. Pemuda sebelumnya malah masuk ke rumah sakit jiwa setelah cintanya diterima oleh Naima. Yang sebelumnya lagi, tiba-tiba doyan makan benda-benda tajam seperti paku dan sejenisnya.

*

Siapa yang tak kenal Naima? Siapa yang tak mau jadi kekasihnya? Gadis mana yang tak iri dengannya? Pernyataan konyol yang tersebar rata di pembicaraan orang yang mengenalnya.

Naima cantik. Tubuhnya tinggi semampai. Kulitnya putih tak wajar, mendekati pucat. Rambutnya hitam pendek lurus betulan seperi rambut pasangan. Ia dikontrak untuk menjadi cetakan manekin.

Siapa saja yang berbut mendapatkan hatinya, ia membuka hatinyanya dengan lebar. Apalagi dengan pemuda-pemuda yang menyatakan cinta kepadanya. Ia selalu mengiyakan.

Semurah itu dirinya, seperti kelas ekonomi. Berebut, siapa yang menginginkan, pasti mendapatkan.

Monday 22 October 2012

FCT day #7 : Adrenalin



Aku terkikik sendiri membaca pesanmu malam ini. "Terima kasih harinya. Baru kali ini aku merasa berbeda dari biasanya. Aku merasa  berkeliaran, bebas. Terima kasih". Kaku seperti biasanya, memang. Namun siapa peduli. Yang penting aku senang, aku girang. Dan kau sendiri yang bersaksi dengan sendirinya.

*

Seperti biasanya, senin pagi ini aku mengirimkan sepaket bubur ayam komplit dengan teh panas seduhan pertama dengan sedikut gula kesukaanmu. Tak lupa adrenalin yang sama pada minuman yang kuberikan kemarin.

Aku tak bisa menahan ketagihanku mendengar jantungmu ingin meletus seperti sehabis naik roller coaster minggu kemarin. Padahal sebelumnya aku yakin sekali kalau kau tak punya jantung.

Sunday 21 October 2012

FCT day #6 : Kunang-Kunang



Nenek suka bercerita kalau makhluk indah yang menyala  adalah kunang-kunang. Aku pernah melihatnya sekali. Dan dibuatnya jatuh cinta berkali-kali lipat.

Keesokan paginya, aku minta setoples kunang-kunang kepada ayahku sepulangnya berburu. Namun, aku diberinya setoples serangga yang terbang basa basi. Aku marah, kemudian pergi ke desa sebelah, kucari bukit rindang, dan aku tertidur di bawahnya.

Saat aku bangun dan ternyata senja sudah tenggelam, aku menemukan banyak sekali kunang-kunang berkeliaran. Indah. Aku enggan pulang.

*

Nenek bercerita lagi kalau kunang-kunang bisa diciptakan. "Kumpulkan guntingan kukumu yang panjang-panjang itu ke dalam toples yang sudah terisi dengan mentol sedikit saja. Sembunyikan di bawah tempat tidurmu. Kemudian tidurlah, dan jangan sekalipun kau melihat toples itu sampai pada malam berikutnya."

Aku percaya. Kugunting semua kukuku, dan melakukannya persis seperti apa yang diceritakan nenek. Dan benar saja, malam berikutnya, aku menemukan lima kunang-kunang menyala di bawah kolong tidurku.

Lama-lama aku sedikit curiga dengan kunang-kunang yang selalu menyala di bukit desa sebelah. Kini jumlahnya semakin sedikit, bahkan hampir habis.

Saturday 20 October 2012

FCT day #5 : Masalah Umur


"Age is just a number. It won't be any trouble at all"
- Mocca's Listen to Me
Aku lebih tua lima tahun dengan suamiku. Bukan perkara mudah, sebenarnya. Usianya belum benar-benar matang tidak seperti usiaku yang malah terlalu matang. Aku sering mengalah dengannya. Itu tiada mengapa. Dia saja mampu menerima dan mencintaiku apa adanya, mengapa aku tidak?
*
10 tahun kemudian.
Aku kini lebih muda 5 tahun dengan suamiku. Seperti apa yang selalu aku perkirakan. Aku pasti berada dalam posisi ini.
Ia semakin dewasa. Sehingga bukan aku lagi yang sering mengalah untuknya. Aku malah merasa kami sedang dalam posisi yang sama. Tidak ada yang lebih atau kurang. Seimbang.
Hari ini aku ulang tahun. Seperti biasa, kuucapkan permintaan konyolku seperti sebelum-sebelumnya sebelum aku meniup lilin yang angkanya masih selalu sama , "Semoga seperti ini selamanya. Tiada berganti, barang usia suamiku."
*
Suamiku menua. Aku tak kuasa melihatnya semakin ringkih, semakin renta. Namun ia selalu menyediakan lilin yang selali sama setiap aku berulang tahun. Tidak pernah bosan.
Sebelum aku meniupnya, seperti biasa, aku meminta permintaan. Kali ini sedikit berbeda dengan suara yang sedikit dilantangkan, "Aku tak mau ini selamanya. Aku mau meniup lilin yang berbeda setiap tahunnya. Aku mau mati berdua bersama suamiku."
Di tengah senyumannya yang selalu tenang yang menyebabkan kerutan di ujung matanya semakin kelihatan, ia menyahuti, "Aamiin. Tuhan selalu dengar."
*
Tahun-tahun berselang. Suamiku yang itu sudah tenang di alam kuburnya.
Kini aku lebih tua enam tahun dengan suamiku yang sekarang. Bukan perkara mudah, sebenarnya. Aku sangat sering mengalah dengannya. Dia saja mampu menerima dan mencintaiku apa adanya.


ps : Inilah hutang, bukan sekadar kutang. Untuk day #6 sampai #12 (hari ini) menyusul. Disegerakan. Maklum, lagi (sok) banyak yang dikerjakan :p

Friday 19 October 2012

FCT day #4 : Perkara Jingga dan Nila


Nila.
Aku menulis ini ketika sedang bermimpi dengan mata terbuka. Aku melihat cermin, dan sebagai manusia, aku benar-benar melihat warna nila.
Kawan-kawan bilang, ini dunia nyata. Dunia dimana kita harus menjalaninya. Namun, aku enggan dihimpit dengan (yang kata mereka) kenyataan.
Ini aku sedang bermimpi. Mimpi yang jelas-jelas buruk.
*
Jingga
Aku menulis ini ketika ingin terjaga. Aku merasa terjaga ketika sedang menutup mataku. Penuh daya sebagai seorang jingga di pertengahan petang menuju senja.
Kawan-kawan bilang, aku sedang tertidur dan diselipi bunga tidur. Sayangnya, aku mau selamanya disini. Selamanya. Tiada akan kembali lagi.
*
Nila.
Aku merasa tak jangkap. Seperti halusinasi. Sering dicari, namun tak pernah diyakini.
*
Jingga
Aku tenang, abadi hingga nanti. Sering bertemu, dan semakin bersemu.
*
Nila dan Jingga
Alarm berontak. Hingar bingar serukan namaku untuk segera bergegas.
Aku membuka mata sejenak, kemudian menutupnya kembali. Enggan beranjak.
Seperti kau sedang menutup mata, kemudian membukanya. Bersedia selalu melihat nyata.

Thursday 18 October 2012

FCT day #3 : Mabuk


Akhir-akhir ini yang menemaniku tiap malam untuk membuatku terjaga bukan lagi adukan tiga sendok kopi dan sesendok gula tanpa krimer dalam air mendidih. Melainkan sebuah percakapan dengannya.  Seperti manusia membutuhkan oksigen dalam napasnya, aku membutuhkan percakapan rutin seperti ini tiap malam.

Secara tak langsung, dengan tidak sadar, ia membayarku dengan sebotol anggur asalkan aku mau mendengarkannya saja sepanjang ia berbicara. Ia selalu cakap tentang perempuannya. Perempuan yang selalu menawan, membangkitkan nyawa, adrenalin utamanya dalam setiap pagi, nina bobo paling tenang yang pernah ia dapatkan dan segala macam pencitraan indah. Dan aku selalu meminum seperempat teguk anggur setiap malam ketika mendengarkannya bercerita. Aku sudah mabuk dengan seperempat teguk, karena tiga perempat sisanya adalah ia.

Sehari sekali efek mabuk seperempat teguk anggur itu berkurang. Sebelum hilang, aku selalu meneguknya lagi. Setiap hari aku mabuk bersamaan dengan cerita-ceritanya yang mengalir di rongga telinga. Ia bercerita sesukanya dan aku mabuk sesukaku. 

Kemudian suatu hari ketika ia menanyakan bagaimana mendapatkan perempuan itu, aku hanya diam dan meneguk setengah gelas anggur. Aku bukan penasihat. Aku hanya pendengar dan pemabuk. Aku bisa apa? 
Ia memutuskan untuk pergi, mengejar perempuan itu sendiri. Dan aku minum anggur hingga menyisakan setengah botol untuk mempertahankan mabukku selama mungkin.

**

Aku duduk. Tak lagi minum anggur, karena anggur hendaknya diminum ketika mendengarkannya bercerita. Didepanku duduk setengah botol anggur yang tersisa untuknya, kalau sewaktu-waktu ia butuh mabuk.

Ketika kadar mabuk anggur terakhir yang kuteguk sudah nyaris hilang, ia datang dengan sempoyongan. Katanya sambil tertawa-tawa, ia menyerah. Benar-benar menyerah. Aku tersenyum menjadi pendengar, kemudian memberikan setengah gelas sisa anggur milikku. Ia meminum habis anggur yang sudah lama menua seteguk demi seteguk. Tergesa. Tentu saja ia bisa lebih mabuk.

Setelah ceritaku selesai, bersamaan dengan tegukan anggurnya yang habis, aku berdiri, berbalik membelakanginya. Ia bertanya, "Hendak kemana?"

Anggurnya habis. Aku boleh berbicara. Tanpa menoleh aku menjawab, "Pergi."

"Aku mabuk kepadamu". Apa kubilang, ia lebih mabuk.

Aku tertawa, aku sudah selesai untuk mabuk. 

Wednesday 17 October 2012

FCT day #2 : Sudah Dipanggil


Sepertinya sudah nyaris setahun. Dipanggil, namun tidak mengindahkan. Ini membahayakan. 

Meski yang kudengar dari banyak orang dia tidak mungkin bermusuhan kepadaku, tapi yang namanya dipanggil dan tidak mengindahkan, itu tidak sopan, kan?

Kalau kau tahu siapa dia, jangan keras-keras bunyikan namanya di dekat telinga orang banyak. Selain terlalu istimewa, takut ada yang lebih jatuh cinta terhadapnya, kemudian sok-sokan dipanggil, dan datang kepadanya sebagai obat malam minggu. Ingat, dia terlalu istimewa.

Aku sedang mengintainya. Tampaknya semakin tampan. Kini, siapkan senjata. Saatnya serang dia. Kalau tak mau, aku saja yang serang dia sendirian. Sepertinya seru.

Tuesday 16 October 2012

FCT day #1 : Detak-detak


Malam ini aku dengar detak jantungnya. Sedikit mengecewakan karena temponya tidak lebih cepat ketimbang jantungku. Bukan perkara kompleks, sebenarnya. Toh tak ada permasalahan dengan ini. Semuanya puas.
*
Malam ini aku memasang kelima indraku kuat-kuat. Kuciumi parfum yang sudah berbaur dengan keringat yang terselip di sela-sela serat kemejanya. Kulumat pelan-pelan bibirnya agar tidak kaget berkenalan dengan Bibirku. Kutatapi jendela karena waspada, siapa tahu ada yang intip ingin cicip. Kuraba tepi-tepi ranjang agar selalu tenang dalam perjalanan malam kali ini.
Aku tertawa, padahal sejatinya, hanya empat indra saja yang bekerja. Telingaku? Ia hanya menilik hasil kerja empat indra lainnya.
*
Malam ini aku menggenggam detak jantungnya, dan darah segar menetes di sela-sela jemariku. Semoga tak hanya sampai fajar nanti. Semoga selamanya.

###
ps : nanti kuis Metode Statistik dan ini yang kukerjakan

Saturday 13 October 2012

Project P

Model : Raja Keling.
Penangkapan oleh : me :)


Ada yang aneh dengan kaki saya? 
Menurut saya, ini adalah kebebasan.
Tentang bagaimana kelingking tidak lagi tertindas oleh kelecetan.


**

Project P

Ini semua dimulai ketika aku sok sokan mencoba punya jalan berputar yang harus aku lalui.
Begini, ini diawali dengan kedoyanan nulis. Sebenarnya, spesifikasinya sih fiksi. Entah itu dalam bentuk puisi, cerpen, naskah, flash fiction, dll, pokoknya yang penting fiksi. Fiksi aja? Nah, dari situ aku mulai ngerasa tertantang. Masa mau nulis fiksi aja? Jadi penulis yang fleksibel dong. Bisa fiksi dan bisa non-fiksi. kan keren tuh.
Kemakan omongan sendiri, aku coba iyain tantanganku: tertarik dengan dunia jurnalis. Alhasil, oprek-oprek bikin buku pun dicari. Kalau ngisi formulir ngelamar organisasi, ngisinya gini : kemampuan: Jurnalis. Dengan modal sok sokan tersebut, 2 formulir yang ngisi secara online pun diterima. Satunya jadi tim buku, satunya jadi staff magang di salah satu organisasi.
Singkat cerita, disitu aku dapet pengalaman kalau aku nggak cocok di dunia penulisan non fiksi. Bukan mau menjudge, tapi, untuk apa kita mengerjakan sesuatu yang kita nggak mampu, sesuatu yang kita nggak nyaman ngelakuinnya?
Jadi, apa itu Project P?
Belakangan, aku keracunan tulisan di desktop. Tulisannya gini : NULIS!! Pake huruf gede, kapital, ukuran segaban. Karena itu pula, aku kepikiran untuk bikin Project.
Kata orang, kawan imajinasiku ini terlalu tinggi untuk seusiaku. Aku nggak bisa berhenti buat ngayal. Imajinasku nggak pernah berhenti. Dan aku juga ingin memulai semuanya dengan basmalah (abaikan). 
Jadilah Project P : Solusi tepat guna untuk memanfaatkan imajinasi dan menaikkan kemampuan saya di dunia fiksi. 
Bismillah, proker pribadi ini harus jalan.
Tunggu saja.

Thursday 11 October 2012

Pejam Mata, Kemudian baca.


Hai. Selamat Pagi. Selamat pagi untuk seseorang yang ada di seberang. Entah di seberang pulau atau di seberang dunia nyata atau di seberang pelanet.
Saya mau cerita. Sedikit menye dan bombay. Tapi saya nggak tahu lagi mau cerita kepada siapa. Tempat saya cerita yang paling enak sudah punya tempatnya sendiri-sendiri. Mereka mungkin nggak pernah lupa dengan saya. Kawan-kawan yang ada disekitar saya ada. Mereka ada. Kelihatan. Tapi nggak tahu kenapa, saya ngerasa sendiri aja. Dan saya nggak tahu mulai dari mana.
Saya orangnya sih sulit banget cerita yang 'dalem' ke orang lain. Bukannya nggak percaya. Ini mungkin karena saya sendiri yang telinganya tebel. Yang jarang (bahkan gak mau) 'dengerin' orang yang nggak tahu banyak tentang saya. Salah saya juga sih. Hahaha
Jadi gini, 2012 ini cepet banget ya. Kerasa cepetnya. Januari hangat-hangatnya pengaderan. Februari Teater Holic. April Teater Holic. Mei Peksiminal. Juni UAS. Juli Temu Teman yang saya nyesel banget nggak ikut :(. Agustus Puasa. September masuk kuliah. Dan tadaaaa sudah Oktober saja.
Selama itu pula (bahkan lebih), nggak tahu kenapa saya masiiiiiiiih aja ngerasa sendiri. Nggak tau mau cerita ke siapa, beban itu ditumpahin sendiri ke kaca bukan ke orang. Ramai-ramai pun saya suka ngilang kemudian balik lagi. Aneh memang.
Hati juga nggak tahu mau kemana juntrungnya. Gampang banget jatuh cinta dengan seseorang, dan seseorang itu bisa bikin berubah jadi yang lebih baik. Eh, giliran dia nemu cewek yang bikin jatuh cinta dan dianya digantung, sayanya yang patah hati, dan perubahan yang bikin saya lebih baik pun sirna. Apa maunya coba?
Sebelum patah hati, saya coba lari ke kegiatan-kegiatan buat menghindari semakin 'kulino'-nya saya ke dia. Berhasil sih. Berhasil buat jarang ketemu sama dia. Sekalinya ketemu dingin-dinginan. Gak ngomong. Untuk mengurangi 'kulino'nya? Saya nggak yakin.
Nah, ketika banyakin kegiatan itu, tetiba aja  dibolehin naik motor. Setelah Bapak percaya kalau saya bisa naik motor beneran (FYI, saya baru bisa naik motor beneran itu sekitar bulan mei pertengahan). Setelah saya bawa motor (untuk beberapa ketentuan aja), mulai deh plannya ngurangin 'kulino'nya berjalan. Karena udah nggak ada hambatan buat kesana kemari karena sudah ada kendaraan.
Setelah itu, kulinonya udah berkurang. Tapi coba apa tebak! Lama-lama saya kangen sama dia. Udah ketagihan kok. Terus mau apa? Belakangan ini saya suka keinget kalo dibonceng dia itu kek gimana ketika saya lagi dibonceng malem-malem entah sama siapa. 
Jaman sebelum saya sok sokan jauhan sama dia, dia lumayan sering nganterin saya pulang kalau udah malem. Meski cuma nganter aja sih. Dan itu pun di depan portal, karena jam 11 lebih udah ditutup. Tanpa kecupan manis selamat malam. Haha ngaco saja.
Yang bikin kangen keinget dibonceng sama dia itu adalah : punggung, pundak, dan aroma badannya yang kecapekan belum mandi haha. Punggungnya memang biasa aja, pundaknya memang nggak bidang, dan badannya itu cenderung ke arah bau yang gak pake parfum. Tapi, nggak tahu kenapa, ketika saya di belakangnya itu, saya berasa berada di belakangnya bapak. Ngerasa aman dan nyaman. Untuk punggungnya, saya suka tulang belikatnya yang sedikit menonjol.
Dan belum lagi percakapan malam kita. Sepanjang perjalanan, kita selalu ngobrol nggak ada henti. Haha. Jadi, perjalanan kampus-rumah yang kalau malam-malam dia bisa ngebut cuma butuh waktu 5-10 menit, ini malah 15-20 menit. Pelan banget. Standar lah. Mirip bapak kalau nyetir.
Memang sih, percakapan itu nggak penting-penting banget. Tapi, hellooooo siapa yang peduli penting nggaknya. Yang penting, dia menghargai saya banget. Saya ngerasa saja seperti itu. Dia ngehargai saya kalau saya ini doyan banget ngayal. Dan apa? Dalam percakapan itu, saya selalu ngerasa sedang memutar otak kananku namun secara nyata. Begini, hmm.. saya posisi ngayal, membayangkan, namun mata saya terbuka lebar, dan dia mampu membuat alirannya sendiri. Kurang lebih seperti itu.
Belum lagi dengan sms-smsnya, sikap-sikap dia dan.. ah, sudah.
Tapi dia sekarang sudah beda. Sudah nggak seperti dia yang dulu saya kenal. Ketawanya sudah beda.
Dan sekarang memang rasa itu sudah.. apa ya.. dibilang sudah ngga ada juga enggak, karena saya masih ngerasa ketagihan sama dia. Dibilang masih ada rasa juga enggak, karena saya udah biasa saja kalau sama dia. Jantung nggak underground gitu.

Jadi, mau apa? Mau minta ke dia kalau dia sama saya saja? Tidak. 
Saya mau dia bahagia, tenang, bisa lebih baik, nggak suka kangen rumah, dewasa, nggak sok sokan dewasa, dominan sedikiiiiit saja. Apalagi kalau dia bahagia dengan seseorang yang dia kejar.
Saya cuma mau dia bahagia, nggak banyak cecapan dan kerutan di alisnya. Aamiin.
Selamat pagi. Selamat tidur. Semoga bahagia. :*
ps: sebenarnya tadi nggak mau mosting yang segini amat sih. Mau yang lebih parah. Eh, malah yang keluar ini. Haha mohon dimaafkeun :3

Wednesday 10 October 2012

Ingat

Terkadang (atau bahkan sering), ada yang seharusnya suka mengingatkan:

Jangan kebanyakan proyek.
Jangan kebanyakan kegiatan.
Jangan kebanyakan kepanitiaan.
Jangan kebanyakan ini itu atau apalah.
Kamu itu, ngingetin mimpi orang.
Tapi kadang lupa sama mimpi sendiri.

*
Sedang mengingatkan diri sendiri saja.
Tidak sedang mengingat-ingat.
Tidak sedang mengingatkan orang.
Tidak sedang diingatkan oleh seseorang

Friday 5 October 2012

Hai.

Namaku Jingga. Sudah lebih dari setahun aku terus-terusan menunggu. Duduk di tepi jendela, melihat ayunan yang menggantung sendiri bergoyang perlahan ditiup angin. Ayunan saja tak pernah bisa diam sendiri, meski tidak sedang ditunggangi. Ada angin yang selalu menjelaskan kepada pegangannya bahwa tanpa orang yang mendudukinya, ayunan tetap sejati untuk berayun.
Kata orang, jingga itu warna senja yang indah. Warna yang tenang, layak untuk dijadikan sandaran kelelahan sepulang bekerja. Warna yang layak untuk membuat alasan pulang, tanpa harus tahu kemana rumah untuk pulang. Warna yang selalu ditebak setelah sore. Padahal tidak. Pada senja di pagi hari, jingga adalah alasan untuk terjaga dan mencecap karena membuat orang harus beranjak kemudian pergi meninggalkan rumahnya.
Aku jingga yang kedua.

Wednesday 3 October 2012

#sikap : Jabatan Batik di Hari Batik Nasional

UNESCO mengakui batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi milik Indonesia tepat tiga tahun lalu, tanggal 2 Oktober 2009. Setelah itu, pemerintah menetapkan tanggal tersebut menjadi Hari Batik Nasional. Sayangnya, tidak semua orang tahu mengenai hal itu.
Pada tahun ini, adalah tahun ketiga kita memperingati Hari Batik Nasional. Sangat miris sebenarnya ketika saya sendiri sebagai mahasiswa yang juga mencintai batik menyikapi batik di tangan kita di Hari Batik Nasional ini.
Batik. Masyarakat kalangan mana yang tak mengenal warisan budaya satu ini. Batik yang dikenakan dahulu dan sekarang amatlah berbeda. Secara umum, dahulu batik adalah sebuah ‘sandang’ yang sangat sakral. Mulai dari cara pemakaian, siapa yang memakai, waktu pemakaian dan sebagainya. Segalanya diatur.
Seperti salah satu motif batik yang sangat saya sukai, yaitu motif parang, yang bentuknya mirip integral. Terutama parang rusak, motif yang hanya dikenakan oleh para bangsawan di beberapa acara kenegaraan dan beberapa upacara adat.
Batik sebelum hari ini adalah sebuah benda dengan harga ‘mahal’. Meski nyaris seluruh kalangan memilikinya, mereka hanya memakainya di acara-acara besar seperti memenuhi undangan di acara pernikahan kerabat, pertemuan dengan RT, rapat RW, dan sebagainya.
Dan batik hari ini adalah batik yang bisa dikenakan di berbagai acara. Sering dari kita kuliah pakai batik, jalan-jalan pakai batik. Bahkan, maba pun dihimbau untuk ber-dresscode batik. Saya ikut senang dengan perkembangan batik yang seperti ini. Batik yang sudah ‘luwes’ dikenakan. Terutama motif parang rusak, yang menurut saya dapat meningkatkan aura pemakainya (terutama lelaki). Siapa saja bisa memakainya, tanpa harus menyandang keturunan darah biru.
Apalagi dengan adanya batik cap. Batik yang teknik pembuatannya sedikit lebih mudah dibanding batik tulis. Ini juga membuat harga batik cap sedikit lebih miring ketimbang batik tulis. Dari segi kualitas mungkin sedikit berbeda, walau dilukis di kain yang sama. Meski menurut saya batik tulis lah yang memiliki nilai lebih karena keorisinilan dan ‘rasa’ yang tak tertandingi, tetap saja itu bukan menjadi masalah yang besar.
Dibalik euforia saya akan kebanggaan kepada batik yang semakin merakyat, saya sedikit menyayangkan kedudukan batik di pasaran saat ini. Ambil saja contohnya batik sembur. Batik yang warnanya warna warni. Entah apa, saya kurang suka dengan batik seperti itu. Coraknya mungkin tidak jauh beda dengan batik pada umumnya. Namun, yang membuat saya sedikit risih adalah warnanya yang warna warni, yang sedikit melenceng dengan batik pada umumnya.
Lantas, batik seperti apa yang ‘batik pada umumnya’? Batik yang motif-motifnya seperti jarik yang biasa dikenakan, yang memiliki estetika batik sesungguhnya. Menurut KBBI, batik sendiri artinya adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Memang tidak ada keterangan secara spesifik bagaimana batik itu sendiri dinamakan batik, setidaknya batik sembur tidak semena-mena menamai dirinya dengan kata-kata ‘batik’ didalamnya. Mengingat batik yang diwariskan adalah batik dengan warna dominan coklat, atau tergantung dari daerah asal batik tersebut.
Belum lagi batik yang digabungkan dengan logo tim sepak bola dengan motif yang warna-warnanya sedikit aneh. Yang saya pertanyakan disini adalah, dapat motif dari mana kalau itu batik?
Ada hal lain lagi yang membuat membuat saya semakin miris. Adalah posisi batik saat ini. Yang saya lihat, batik saat ini tak lagi menjadi motif yang sakral. Tak lagi menjadi sebuah ‘sandang’ yang diagungkan. Mungkin karena batik sangat merakyat, atau bahkan terlalu merakyat, maka produsen memilihnya untuk menjadi motif pada produknya.
Contohnya saja, karena keindahannya, batik kini menjadi alas tidur di beberapa hotel yang mengusung tema Indonesia. Di pasar, kebanyakan batik dijadikan motif pada sandal atau sepatu. Di tumah tangga, batik dijadikan sarung bantal sofa atau taplak meja yang nanti sewaktu-waktu bisa kotor. Atau jadi tas, yang jahitannya asal-asalan, sering dipake, akhirnya warnanya pudar dan lusuh. Kalau sudah rusak, dan lusuh, ujung-ujungnya masuk ke pembuangan.
Batik yang dahulu diagung-agungkan, yang memiliki ‘kedudukan’, sekarang menjadi benda pakai yang kedudukannya sangatlah tidak sama. Hal ini sangat disayangkan. Mengingat batik adalah warisan budaya yang sudah diakui oleh UNESCO.
Kebijakan tentang batik dapat dikenakan oleh semua kalangan dan usia bukanlah perkara mudah. Saya ulangi lagi, saya sangat suka melihat batik yang merakyat. Dalam hal ini memiliki pengertian bahwa batik dikenakan sebagai sandang atau pakaian. Bukan sebagai motif pada beberapa benda pakai yang membuat batik kehilangan ‘jabatannya’.
Coba kita tengok warisan budaya lainnya : kain songket, atau kain tenun khas di beberapa daerah, misalnya. Saya memang tidak tahu secara mendetil bagaimana kain tersebut ‘berperan’ ketika dikenakan. Yang saya tahu, selain kain songket harganya sangat mahal dan elegan, mereka biasanya disimpan di lemari, dirawat baik-baik, diperlakukan istimewa, seperti kain batik tulis asli yang harganya selangit.
Mungkin secara teknik, lama pembuatan, dan lain lain kedua kain tersebut berbeda. Namun tetap saja, keduanya adalah warisan budaya Indonesia yang kita harus jaga, tidak perlakukan dengan seenaknya sendiri.
Dipikir-pikir, pemerintah harusnya mengritisi tentang kain yang satu ini. Misalnya, kebijakannya diperketat, motif-motif batik memiliki trade mark-nya, batik hanya boleh dihasilkan di pengrajin batik yang memiliki ‘surat-surat’ dan kewenangan untuk memproduksi batik, dan sebagainya. Redesain batik boleh saja namun harus memenuhi kriteria dan seleksi oleh beberapa orang yang sudah lama bergelut dengan batik.
Dan, apakah kalian tahu batik motif apa yang kalian kenakan hari ini? :)