Saturday 29 December 2012

Tentang 5cm

5cm. (nyaris) Semua orang membicarakannya. Mulai novelnya yang dapet penghargaan goodreads dan menginspirasi banget, sampai filmnya yang sudah menganak pinak. Istilah mudanya, 5cm sedang in. Meski sayangnya, nggak semua penikmat film berpikiran 'bagus' terhadap filmnya. Okelah, bisa dimaklumi karena pandangan dan selera seseorang itu berbeda. 

Beberapa temen saya yang excited dengan bukunya, juga excited dengan filmnya, kemudian langsung pingin naik ke Mahameru. Ada juga yang belum baca bukunya, udah nonton, kemudian pingin baca bukunya. Malah ada yang menyarankan jangan nonton filmnya, karena filmnya biasa aja. Macem-macem

Dan ada yang cuma excited dengan bukunya saja, sedangkan filmnya biasa aja. Golongan ini salah satunya adalah saya. Eh, tapi bukan berarti filmnya jelek lhooo. Kenapa? Kalau versi saya sih ya, dimana-mana, buku itu pasti lebih bagus daripada film atau visualnya. Karena, ketika kita baca buku, imajinasi kita luas. Berbeda dengan lihat film atau visualisasinya. Pasti tercetak dengan tangan tim produksi dalam film tersebut. Kalau saya sih, mikirnya begitu.

Pertama kali baca novel ini sekitar awal tahun 2011. Belinya pun setelah gajian (Karena saya sudah kecanduan sekali kalau punya uang arah konsumtifnya itu selalu ke buku. Baik, kan?). Setelah baca novelnya, overall bagus. Banget. Inget deh saya bacanya sampai jam 3 pagi, sedangkan paginya harus kerja :p. 

Meski sayangnya, kebanyakan dialog. Apalagi beberapa dialognya ada yang 'tidak diketahui tuannya'. Maksudnya, kalimat itu nggak tahu siapa yang ngomong. Karena nggak ada keterangan namanya, sih. Kemudian, ketika bagian narasi, menurut saya paragrafnya terlalu berlebih. Panjaaaaaaang baaaaanget.

Tapi, kan dari awal saya sudah bilang kalau novel ini bagus. Banget. Banyak alasan sih. Apa aja?
  1. Ada lagunya Sinikini yang Dan Senyumlah. Dalam buku 5cm, ditulis di halaman 260. Ini alasan paling pertama, paling utama. Belum ada lagu yang dahsyatnya bisa mengalahkan lagu ini. Dan lagu paling dahsyat ini, masuk buku 5cm.
  2. Banyak lagu kerennya. Beberapa lagunya sih saya tahu. Apalagi, nggak sengaja, akhir-akhir ini playlist baru saya semua masuk di buku ini :p Masih di halaman 260 juga, ada Utha Likumahuwa - Esok Kan Masih Ada.
  3. Zafran, Juple. My favorite character, benar-benar karakter favorit saya. Di otak saya, begitu nama Zafran tercetak, gambaran fisiknya mirip dengan.. Zuko. Dan, dalam filmnya, abang saya yang meranin. Junot.
  4. Deniek, pendaki yang ketemu di jip, yang suka fotografi, yang akhirnya di dalam bukunya menikah dengan Dinda, adalah mahasiswa ITS. Halaman 209. Katanya, dia dari Surabaya, kemudian menyebutkan salah satu kampus teknologi terkenal di Surabaya. Apa lagi kalau bukan ITS? :) Tapi, kalau itu diambil dari kisah nyata, berarti yang di Arcopodo..
  5. Banyak ilmu yang sebelumnya saya nggak tahu. Beberapa hitungan fisika, sejarah, film, musik, politik, peristiwa reformasi, dan macem-macem. Dan cerdasnya, penulis merangkumnya dalam bentuk fiksi yang enak untuk dikonsumsi, sebelum pada akhirnya pembaca (dalam hal ini adalah saya) bisa menumbuhkan rasa keingintahuan sehingga terciptalah beberapa pekerjaan seperti searching atau mencari tahu. Kalimat terakhir enggak bangeeeeet -__-
Untuk filmnya? Cuttingnya pas. Di beberapa adegan dalam buku yang sepertinya nggak seberapa ditunggu, atau angka 'ditunggu untuk melihat visualisasinya' sedikit. Dan, pemandangannya keren bangeeeeet. Tapi kerenan lihat langsung kali, ya. 5D. Langitnya!! Saya cuma bisa diem.

Overall, film 5cm layak untuk ditonton kok. Kalau bioskopnya ramai, mending nonton sendiri seperti saya :p

Thursday 27 December 2012

FCT : Analogi

Aku tak bisa lebih lama untuk sangkal ini semua. Aku cinta sama kamu, dan jangan memintaku putar otak untuk berikan alasan

Lantas, perempuan cantik yang itu?
Lego tak perlu 'menunggu' untuk melengkapi dan dilengkapi yang lainnya, kan? Menunggu lego yang lain itu bodoh. Lego tak mirip menunggu wine, yang makin lama ditunggu akan makin nikmat.
Kamu sedang menunggu bis yang tak kunjung datang, kemudian akhirnya kamu naik bis yang butuh penumpang. Kamu sedang merencanakan untuk naik bis lain lagi agar sampai tujuan.
Bukan tentang bis
Juga bukan tentang lego atau anggur. Ini bukan analogi.
Itu dia. Aku tak pandai beranalogi. Sudah, begini saja. Aku tak pandai banyak cakap. Aku cinta sama kamu sampai selesai.

-di luar ekspektasi awal-

Wednesday 26 December 2012

Selamat Ulang Tahun, Ibu

Maaf tadi sore sudah buatmu kecewa.
Semoga angka kebanggaanmu akan aku masih besar ketimbang angka kekecewaanmu. *ngarep

Sunday 23 December 2012

Kepada Pagi Ini.


Minggu, 2.18 am, waktu laptop. Baru saja menyalakan musik. Hall & Oates – You Make My Dreams Come True.
  1. Aku pingin nonton ‘Habibie dan Ainun’. Baca di internet dan tweet teman-teman. Bisikannya seperti itu saja, sih. Juga setelah membaca beberapa halaman terakhir di bukunya. Ketika Habibie menuliskan doanya kepada Ainun, yang ketika kubaca, air mata sedang menikmati kebebasanya. Senin ada rencana nonton dengan Dyna dan Oink. Rencana gagal, sudah biasa nonton sendiri :)
  2. Beberapa hari yang lalu aku ke Jogja. Kota Sepuluh, begitu aku sebut dia. Mengapa sepuluh? Namanya Jogja, berawalan J. Huruf ke sepuluh. Jogjakarta, sepuluh huruf. Tak hanya itu, ia istimewa. Tengok rapor, berapa angka istimewa itu? 10. Belum menikmati secara seluruhnya. Tak ambil foto banyak karena tak bawa kamera. Punya firasat akan balik kesana. Ada yang ketinggalan :p. Tak bawa oleh-oleh, karena aku ingin mereka saja yang hadir ke kota ini. Daerah, bukan? CMIIW.
  3. Mau lahap banyak novel selama seminggu liburan (Juga belajar). Pinjam dari RBM (Ruang Baca Matematika) Ayu Utami – Bilangan Fu. Cok Sawitri – Tantri. Habis. Habis. Habis.
  4. Pingin Nonton Ludruk. Jatuh cinta ketika survey ke Kampung Seni belakang Hi-Tech Mall. Gedung-gedungnya, orang-orangnya.
  5. Alia dan Renanda. Bilang aku gila, ketika minggu depan UAS, dan yang aku pikirkan adalah 2 orang ini. Aku dapat ungkap bagaimana deskripsi rindu kepada aroma pagi seseorang. Interaksi dengan orang baru itu semangat nulis. Entah kenapa. Jadi, mau nulis di kafe atau tempat ngopi yang ada colokannya. Rekomen?
  6. Limbung. Lidahku bak pedang. Aku bicara apa sebelumnya, kemudian sekarang bicara apa. Sedang lari kesana dan lari kesini. Maaf.
  7. Aku rindu dia. (Yang dulu.) Sekali. Cukup sekali, dan rasanya memang tak bisa terukur dengan rangkaian penjelasan kalimat. Kecamuknya tak punya alasan yang biasanya mereka bilang ‘ah, alasan saja’. Cukup pejam mata dan coba cakap keras-keras lewat telepati. Moga dia dengar dan rasa, kemudian esok gedor pintu rumah dan marah-marah.

2.43 am, waktu laptop. BLP – Saat  Kau Milikku. Terlihat dirinya tak menghargaimu Kakanda.. :p

Saturday 15 December 2012

FCT : Cukup Aku



Cukup aku saja yang mengamatimu dari kejauhan. Melihat tawaan yang dipayungi garis tipis di ujung matamu, dengan pundakmu yang tergoncang. Terlebih lagi kerutan di dahi dan mata yang terus fokus mengamati kertas di depanmu yang tak kunjung kau sentuh.

Cukup aku saja yang membangunkanmu ketika kau tertidur dengan wajah yang terlihat terlalu lelah karena mengejar ambisimu. Aku tahu kau selalu menyangkal kalau kau lelah kemudian menyerah. Terkadang aku selalu berdoa agar sakit menghampirimu, supaya kau tahu kalau manusia punya batas.

Cukup aku saja yang mengumpulkan bunga dandellion yang jumlahnya mirip umurmu sebagai pengganti lilin di kue ulang tahun. Atau mungkin aku saja yang menyiapkan gedung, dan kau berdiri di atasnya, memadamkan lampu kota setelah subuh dengan meniupnya di hari ulang tahunmu.

Cukup aku saja yang memikirkan rangkaian acara dan menyiapkan segalanya setiap kali kau nyaris kehilangan setengah persen semangatmu. Meski semangatmu selalu anjlok, sedangkan ambisimu luar biasa, aku bersedia menyiapkan segala tetek bengek. Kau hanya perlu tertawa dan aku hanya perlu tawamu.

Cukup aku saja yang jatuh cinta kepadamu. Jangan kau. Karena kau tak punya alasan apa-apa untuk jatuh cinta.

Sunday 9 December 2012

Malem Mingguan, Sendirian.


Guess who?
Adhitia? Yeahs!

*
Harusnya hari ini dapat berulang apa yang terjadi setahun yang lalu. Saya rela kalau nanti pagi saya akan telat bangun. Saya rela kalau saya harus berdesak-desakan  menunggu sampai acara benar-benar selesai. Saya rela. Apapun.
Malam itu, tepat setahun yang lalu, saya melihat kamu terkantuk, dan memaksakan diri untuk memperlihatkan kepada alam kalau kau masih bisa bertahan. Tanpa amarah, tanpa cecapan, tanpa alasan yang sok diperjelas. 
Dan sekarang? Saya memang benar-benar melihat sesuatu hal yang benar-benar berbeda. Perlahan hilang, hilang. Saya melihat tahapan perubahan itu. Dan saya juga melihat perbandingan sekarang dan setahun yang lalu. Tanpa perlu ada yang bersaksi.
Maaf, saya sudah berbohong kalau saya bisa lupa Anda. Itu cuma sok-sokan saya saja. Agar Anda tahu, kalau saya sedang baik.

Tuesday 4 December 2012

To : Manus Sia

Saya mau hengkang.
Pergi dari nyata.
Menemui kekasih fiksi. 
Menikah dengannya. 
Menghabiskan langit Bali.
Berdua.
Boleh, kan?
*

Sunday 2 December 2012

FCT, Tanda Tanya.

Stiker bulat warna pink yang didalamnya bertuliskan FCT pakai tulisan latin sedang menginvasi lingkungan Andaaaa!!! Laptop Teman? Casing Handphone? Di belakang buku agenda atau notes? Tempat pensil, bahkan dinding kos?? Tenang, FCT tidak membahayakan.
Pasti pada bertanya ‘FCT itu apa’, kan? Iya, ini akan dijelaskan. FCT adalah proyek harian menulis.

Mmmaksudnya?
Setiap hari itu aku menulis. Setiap hari, selama beberapa hari. Cerita fiksi lebih tepatnya

Oh, Jadi FCT itu semacam ingin kau jadikan Novel?
Enggak, iseng aja. Kalau jadi kumcer gitu boleh.

Ceritanya nyambung gitu? Cerpen yang nyambung maksudnya?
Ndak ada keterikatan atau kebersinambungan antar satu FCT dan lainnya. Kalau memang ada sambungannya, itu ya mungkin sedang ingin saja. Tapi setiap hari ada cerita yang berbeda.

Mau dibikin buku gitu kah?
Tidak, hanya iseng belaka. Iseng. Karena setelah sekian lama nggak nulis cerita. Semacam Writer’s Block gitu. Blocking, padahal aslinya aku males aja hehe. Tapi, tiba-tiba pingin saja bikin proyek harian gitu. Biar keren B)

Tujuan utama bikin FCT apa?
Agar keterbiasaan menulis itu ada lagi. Toh setiap hari aku menghayal. Produktif setiap hari tidak masalah, kan? *benerin dasi*

Kok bisa tercetus FCT?
Terinspirasi dari blognya Asa, yang dia menggambar tiap hari. Yang ini, ini dan ini.

Kenapa namanya FCT?
Fakta dan Fiksi. Kalau di inggriskan, Fact and Fiction. Dua hal yang sering bergesekan. Entah berbeda, entah sama. Mereka punya 3 konsonan yang bersebalahan. Aku curiga, 3 Konsonan ini yang membuat dua kata ini saling bergesekan.

Itu kenapa FCT sampai day #26 saja? Berhenti?
Slogan FCT adalah ‘Kita hanya tidak tahu kapan harus berhenti’. Tidak berhenti, juga tidak selesai. Hanya butuh spasi. Tunggu saja :D
FCT ini masih belajar, agar keterbiasaan itu ada. Jadi, ada yang mau menikahi FCT? :p


ps : Acara di Indosiar yang barusan keren banget. Ada Bob Tutupoly, Titiek Puspa, Waldjinah, Glenn Fredly, Tompi, Monita Tahalea, RAN, dan wan kawan. Sayang baru nonton 15 menit sebelum kelar. Nulis 100 Mimpi itu bikin mimpi dan semangatnya 100%. Faktanya, lelaki muka tua itu tidak menjanjikan apa-apa *sigh. Hei, It's Demember!! Saatnya (tidak usah) mengingat apa yang terjadi setahun yang lalu *ngelirikcermin. I have new haircut, btw.

Saturday 10 November 2012

FCT day #26 : Bilangan Rindu

Suatu saat nanti, dunia akan tahu kalau aku memang mencintaimu, juga alasan mengapa aku tak bisa menikahi denganmu di hadapan penghulu dan bapakku.

Karena kau hanya satu. Meski kau bukan Tuhan, kau hanya satu. Selalu memilikiku dan selalu menjadi milikku. Suamiku nanti akan tahu, namun aku yakin ia tak layak untuk cemburu.

Karena memang kau aku satu, suamiku tak bisa menikahiku tanpa kau. Tenang, kita satu. Akan selalu satu. Bahkan dunia pun, akan setuju. Itulah bialngan rindu. Satu.

Friday 9 November 2012

FCT day #25 : Jual Diri


Kau kembali lagi setelah patah hati. Tidak membawa madu di tangan kirimu seperti biasa, sih. Atau harapan yang mudah diumbar dihadapan hari-hariku. Kau kembali. Iya, kembali saja. Tanpa basa-basi apalagi permisi. Lewat begitu saja, tanpa memberi tawaran untuk berhenti singgah di tatapanku barang sedetik.

Enak jadi lelaki. Patah hati, cari perempuan lagi. Perempuan? Patah hati, cari lelaki, dibilang jual diri. Dan dasarnya, lelaki adalah tukang beli. Dunia memang adil.

Aku tak jual diri. Jual, tapi nanti. Sekarang kukenalkan kau kepada teori jual diri. Seperti yang kukatakan tadi, semua perempuan itu jual diri. Hanya bagaimana pintar-pintar perempuan tidak menyebutkan uang dalam transaksinya.

Kawanku yang pertama menjual dirinya seharga kenangan yang tertangkap dalam kamera kekasihnya. Semua mantan kekasihnya punya kamera. Kalau gambar yang tersimpan di memori kamera tidak terjual barang jadi model kalender, ia akan putus, cari lelaki lain yang bisa menjual gambarnya ke tukang cetak kalender.

Kawanku yang kedua menjual dirinya seharga wine. Ia ikuti semua kegiatan kekasihnya, hingga pada akhirnya ketika kekasihnya sedang lelah dan kedinginan, mereka main ke bar. Mereka membeli sebotol wine terbaik. Lebih tepatnya, kekasihnyalah yang membelikannya wine yang tak pernah ia mampu beli.

Kawanku yang ketiga mengharigai dirinya seharga 50ribu tiap pertemuan. Mirip les-lesan. Ia kuras seluruh pengetahuan kekasihnya lewat pengetahuan yang tidak pernah ia ketahui. Hasilnya, ia melamar di sebuah agensi bimbingan belajar, dan membagikan ilmu ayng susah ia kuras dari kekasihnya.

Kawanku yang keempat menjual dirinya seharga gaun di etalase butik, atau seharga pakaian-pakaian itu. Kalian tahu sendiri. Kata orang, kawanku yang ini matre. Padahal tidak ada yang tahu kalau ia sedang menjual dirinya sendiri.

Banyak dari mereka tidak konsisten terhadap apa yang membeli mereka. Ini menyebabkan pembeli terakhirnya sedikit tidak yakin karena takut cara membelinya salah. Untunglah aku belum terjual. Nanti yang mau membeliku, langsung menemui ayahku ya.

Thursday 8 November 2012

FCT day #24 : Pencuri Tulang


Kepada kau yang sedang terlentang dihadapanku, perawan kesepian, aku meminta izin untuk mencuri bagian tulangmu. Tenang saja, bukan untuk kujual kepada mereka yang membutuhkan. Aku yang menikmatinya sendiri. Kau hanya perlu tenang di alam sana. 

Tulang rusukmu ini berharga, asal kau tahu. Berikan kepada saudaramu yang belum menikah secara cuma-cuma. Ia akan senang. Bukan kau bawa mati seperti ini. Kalau begini kan jadi aku yang punya tulang rusukmu? Kau ikhlas? Kau ikhlas lelaki jodohmu jatuh ke tanganku karena dikira aku ini tulang rusuknya? 

Hei, jangan diam saja. Ah, kuanggap itu caramu mengangguk.

*

Aku menikah dengan jodoh perawan kesepian yang kemarin sudah kucuri tulangnya. Tepatnya, tulang rusuknya. Kumakan mentah-mentah agar jodohnya segera datang menjempunku untuk dinikahi.

Namun sayang, setelah rusuknya menjadi tinja, suamiku minta cerai, dan minta menikah dengan tinjaku yang tadi. Ia bahkan barusan tahu kalau wanita yang semalam dinikahinya bukanlah jodohnya yang selama ini dia cari. Menurut suamiku, jodohnya adalah tinjaku. Karna tak mau dimadu dengan tinja, aku biarkan ia menceraikanku.

Itu tiada mengapa. Aku bisa curi lagi tulang rusuk perawan kesepian yang mati muda, kemudian aku menikah lagi dengan lelaki yang menjadi jodohnya. Nanti aku akan selamanya menikah.

Wednesday 7 November 2012

FCT day #23 : Kopi Ketiga



Udah 2 kopi, tapi masih pengen lagi. Anehnya kenapa malah ngantuk ya.. 
Malam larut diantara sesak-sesak dingin, dan mengapa ampas kopi tak juga bisa larut dengan air mendidih sekalipun? Apa karena ampas kopi paling nikmat disantap sendirian basah-basah setelah kopinya habis? Apa karena ampas kopi memang memilih kehendaknya sendiri untuk dinikmati sendiri tanpa ada rasa pemanis?

Kopi pertama kuminum pagi tadi setelah malamnya aku patah hati. Agar tak mata saja yang terbelalak, begitu juga hati. Ia harus terbuka lagi, meski aku masih belum tahu siapa nanti yang mengisi. Pokoknya, kemarin malam patah hati. Dengan dia, mau siapa lagi?

Kopi kedua kuseduh malam ini. Rasa pahitnya sama, karena aku masih kecewa. Kuteguk habis karena mataku segera ingin tak mengantuk. Panas memang, lidahku sampai nyaris melepuh. Yang penting malam ini aku tidak mungkin menemuimu.

Kopi kedua bertahan 2 jam. Aku menyeduh kopi ketiga, dan mataku tiba-tiba enggan terjaga. Kopi ketigaku dua porsi kopi dalam satu gelas tanpa gula atau krimer. Kubiarkan pahit, kubiarkan ampasnya teraduk jadi satu, agar aku terus-terusan terjaga. Aku tak pernah peduli berapa kofein yang kuteguk. Yang kutahu, aku butuh itu, dan aku tidak bisa berhenti untuk tidak meneguknya. 

Kalau malam ini harus menghabiskan stok kopi di dapur untuk bisa membuatku terus terjaga agar tidak bisa bertemu denganmu, aku akan melakukannya. Aku malas bertemu kamu, yang jelas-jelas selalu semu. Aku malas bertemu kamu, yang hanya berani datang dalam hidupku sebagai tamu. Aku malas bertemu kamu, orang yang tak pernah membuatku jemu.

Atau aku harus menunggu kamu menjelma menjadi makhluk yang nyata? Janjimu yang membuatku kecewa kemarin malam begitu, kan? Kau bilang akan datang membawakan nyata, tapi apa?

Tuesday 6 November 2012

FCT day #22 : Saksi Bisu


Tidak kuat dengan hal-hal yang mendobrakku dari luar telinga, kukalungkan tampar yang melilit ayunan di leherku. Tak lama kemudian, aku tercekik, seperti ada yang ingin membunuhku selain tampar, dan tahu-tahu saja sudah mati. 

Polisi datang menyelidiki. Aku terkikik. Sudah seminggu ini mereka tak temukan alasan mengapa aku mati. Seluruh kerabat dihubunginya. Mereka hanya mengerutkan kening, dan bertanya, "Dia mati?". Tak percaya, seolah-olah aku ini makhluk abadi yang tak bisa mati.

Sahabatku juga begitu. Dimintai keterangan, ia malah diam menunduk terang-terangan. Aku tartawa. Jelas, dia tidak tahu apa-apa mengenaiku. Berkenalan saja tidak pernah. Ia hanya mengaku sebagai sahabat, agar mau mencuri namaku yang sedikit hebat.

Malam ini aku coba masuk ke mimpi salah satu polisi. Kuperintahkan kepadanya untuk menyelidiki kamarku. Dia mengelak meremehkan. Itu terserah dia, namun aku pasang taruhan, kalau ia akan menemukan apa yang dia cari selama ini yang berkaitan tentang mayatku.

Esoknya, polisi yang itu datang ke kamarku. Matanya terbelalak. Rumahku banyak orang berpesta, sedang kamarku sendiri yang bertebaran tisu bekas menangis dan membuang ingus. Aku tergeletak segar di ranjangku.

Pelan-pelan, cermin-cermin bercerita. Kemudian peniti-peniti yang berserakan di bawah tempat tidurku. Debu-debu. Lemari. Pena. Semua. Semua bercerita, menangis dan membuang ingus dengan tisu. Polisi itu mendengarkan lekat-lekat. Air mukanya mengerti. Iya, ruang inilah hidupku. Terkunci. Namun, aku belum puas kalau sekedar polisi itu tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Polisi itu duduk di samping ranjangku, disamping mayatku. Ia melepas topinya. Ah, tampan. Menunduk sebentar, dan kulihat dia berdoa. Sedikit lama sampai aku nyaris tertidur. Aku tak peduli apa yang ia obrolkan dengan Tuhannya. Yang penting aku kaget ketika ia mencium bibirku dan berbisik, "Selamat tidur, aku mau menyusulmu. Maaf sudah membunuhmu. Tak ada yang tahu kalau saksimu hanya bisa manangis dan bercerita sekenanya".

Ia bau minyak tanah, dan tangisan kamarku terbakar.

Monday 5 November 2012

FCT day #21 : Paruh-Paruh


Namanya Paruh. Aku mencintainya lebih dari sekedar kekasih. Aku hapal apa kelakuannya sebelum tidur dengan fasih, kemudian paginya dia tidak pergi seperti kekasihku yang sebelum-sebelumnya. Dia masih tertidur di pelukanku. Dia bahkan selalu bersamaku.

Dia ringkih. Sedikit-sedikit merintih bergumam 'ngih ngih' kalau aku tak bisa memeluk dan menghangatkannya. Hanya kubisikkan baik-baik. Ibuku suka bilang kalau dia harus ditidurkan diatas jerami yang baru dijemur tadi siang. Agar hangat, agar tidak bunyi 'ngih-ngih'. Enak saja.

Ibu pikir, siapa Paruh? Aku mencintainya, namun dia bukan yang teristimewa. Biarkan saja dia bunyi 'ngih ngih' melagu sesukanya diantara sesak napasnya. Biarkan saja ia lobang-lobang semakin ringkih, agar aku tiada lagi cari napas buat dia lewat rongga hidungku.

Tapi, namanya saja Paruh-Paruh. Dia separuh dari aku. Seperti tulang rusuk dan tuannya, dia tuan dan aku tulang rusuk yang berkuasa karena tuannya suka diperkosa tanpa harus dipaksa.

Sunday 4 November 2012

FCT day #20 : Bianglala


Malam ini aku naik bianglala. Setelah kuceritakan kepadamu kalau lihat kota lewat puncak bianglala itu indah meski hanya sebentar. Kau menolaknya tanpa ada alasan mengapa. Aku tak heran. Memang ini sudah kurencanakan.

Bianglala yang kunaiki nomor 7. Bergerak perlahan, dan pelan-pelan mataku tak bisa berkedip. Hanya tak mau melewatkan barang setitik pun sudut kota dari atas sini. Kau tak ada, jadi kukirimkan sinyal dari atas bianglala.

*

Esoknya, kau menyatakan kalau kau siap naik bianglala bersamaku lewat balasan sinyal kemarin yang kukirimkan. Aku girang. Seribu baju kucoba untuk mempersiapkan pertemuanku denganmu. Kuambil gaun putih agar kau tak merintih.

Sebulan dua bulan aku tunggu kau di antrian pertama untuk beli tiket naik bianglala, namun kau tak kunjung datang. Sampai suatu ketika, hari ini, aku lupa kalau sedang menunggumu. Padahal tidak ada yang mengalihkan ingatanku. Ingatanku tentang kau saja, asal kau tahu. Aku naik dengan tiket emas. Mau putar terus, agar bisa lihat indahnya kota terus.

Sesampainya diatas, aku baru ingat kalau aku tidak memberi tahumu kapan dan dimana kita bertemu untuk naik bianglala ini. Pantas saja kau tak datang. Untung aku naik dengan tiket emas. Agar sewaktu-waktu nanti jika kau datang, kita bisa nikmati lampu kota bersama selamanya.

Sesampainya di puncak, bianglala berhenti, menaikkan penumpang baru. Itu kau. Naik dengan ke.. kekasihmu. Namun sayangnya, kekasihmu tak mau, karena takut dengan ketinggian. Dan aku tak tahu apa yang membuatmu meninggalkan kekasihmu dibawah, sedang kau naik bianglala pakai tiket emas.

Kita sama-sama naik bianglala yang sama. Aku diatas, kau di bawah. Aku di timur, kau di barat. Bianglala berputar selalu, kita tak pernah bertemu.

Saturday 3 November 2012

FCT day #19 : Kembalinya Hentakan


Ada yang tiba-tiba pergi. Berjalan jauh, merasa tidak layak lagi untuk bersanding dan menemaniku. Kutanyakan mengapa, yang ia malah memberikanku suguhan dengan siapa yang pantas ada bersamaku. Kuturuti, dan aku rasa dia benar.

Rupanya yang bertanya tak hanya aku saja. Semua kawan-kawanku bertanya mengapa, dan mereka sendiri yang jawab. Aku masih tidak mengerti. Jawab saja sekenamu, aku mengangguk sebisaku. Terus-terusan saja aku mencari kenapa. Aku masih tidak tahu.

*

Hari ini kutemukan lagi dia. Diselipkan diantara desakan-desakan kerumitan orang. Ah, tahu begitu aku kenakan gaun merah kesukaannya agar ia mau menoleh dan memelukku.

Kau sempat menolak kalau itu kau. Padahal aku tahu itu kau, yang baru saja merambat di ujung-ujung jantungku, ingin mengagetkannya agar terkejut. Ah, kau memang selalu bisa. Kau kembali, dan aku terhentak.

Aku bergoyang sekenanya. Kuundang kau untuk kusetubuhi bersama kekasihku yang lainnya. Kau tak keberatan, kan? Langsung saja masuh ke kamarku. Langsung saja masuk ke nada dering ponselku.

ps : Aku menemukan goyanganku lagi.

Friday 2 November 2012

FCT day #18 : Menikahimu


Menikah bukan sebuah jalan menyatukan dua insan manusia. Kulihat di kamus, nikah sendiri itu artinya adalah ikatan (akad) perkawinan yg dilakukan sesuai dng ketentuan hukum dan ajaran agama. Nah! Mana ada mereka sebut dua manusia? Mereka hanya sebut ikatan yang sesuai dengan agama. Ikatan. Masa bodoh agama mau menentukan apa dengan pernikahan itu sendiri, intinya nikah itu perkara ikatan. Tapi bukan ikatan di kedua jambulmu. Aku nyaris akan menikah karena lima indraku sudah dinikahi. 

Mataku sudah menikah dengan langit. Bersedia ada sampai seumur hidup untuk melayani dan dilayani. Keduanya saling pikat saat pertama kali bertemu. Tidak langsung jatuh cinta, namun keduanya menunjukkan ketertarikan satu sama lain. Mataku dan Langit tinggal menunggu anaknya.

Lidahku sudah menikah dengan kopi. Kususuri setiap kedai kopi, dan mampu membayarnya dengan mahal agar lidahku bisa menikmati kopi ternikmat yang mereka jual. Atau dalam keadaan miskin sekalipun, lidahku dapat bercumbu lewat kopi dapur berikut ampasnya.

Telingaku menikah dengan hentakan yang kata orang berada dalam kasta yang paling tinggi. Musik jazz. Kata mereka sih tidak pantas dengan kastaku. Padahal mereka tahu sendiri kalau musik mengaku tak punya kasta. Mereka tiada peduli siapa saja yang memintanya untuk menikah, mereka mau saja.

Hidungku menikah dengan bau tanah selepas hujan, tanpa harus membayar dengan gram emas. Hanya mau menunggu saja ketika hujan pergi hendak cari nafkah untuk anak-anak mereka kelak. Dan nanti, ia harus punya keyakinan bahwa hujan akan kembali kepangkuannya. Karna hujan akan kembali. Meski berbentuk badai sekalipun.

Ujung pori-pori jemari suka menari-nari di atas huruf-huruf di mesin ketik, memilah-milah huruf mana yang tepat. Dia sudah hapal. Tak ada yang melamar. Aku tak bisa ungkapkan banyak-banyak tentang ini. Mereka terlalu menikmati cara mereka bercinta. Namun sayang, mereka belum memiliki anak yang benar-benar normal. Anak mereka selalu prematur.

Kau mau menikah denganku? Aku iri dengan kelima indraku tak kunjung pergi dari tubuhku karena aku belum menikah. Aku sungkan.

Thursday 1 November 2012

FCT day #17 : Selamat Jatuh Cinta


Oktober kemarin ditutup dengan senja dan purnama yang nyaris sempurna. Masih dengan jatuh cinta yang sama. Masih dengan 'Tanda Seru dan Penolakan' yang selalu terasa sama. Masih dengan kau yang selalu sama saja dengan hari-hari sebelum Oktober. Masih dengan aku yang sok acuh dan angkuh.

Oktober kali ini berjalan terlalu cepat dari biasanya. Dimulai dengan perayaan kecil yang aromanya nyaris sama dengan wedang kesukaanmu, berlalu cepat dengan janji-janji tentang kecamuk yang sebelumnya tidak pernah ada, dan rasanya Oktober sendiri ingin lekas diakhiri dengan ciuman selamat malam yang tersandung di tengah jalan. Seperti melihat kalender dan merasakan September itu baru kemarin berakhir. Padahal Oktober pernah ada, Oktober pernah indah.

Pada fase Oktober akan menghilang, aku sedang telanjang. Melepas kau dengan sedikit menggelinjang. Agar pada bulan berikutnya kembali girang.

Namanya saja bulan jatuh cinta. Berbeda dengan hari kasih sayang dirayakan hanya pada tanggal 14 Februari yang biasanya memberikan coklat dan bunga kepada kekasih, bulan jatuh cinta dilaksanakan selama sebulan, dan kau bebas dengan siapapun yang akan kau jatuhi cinta. Tak perlu kau pikirkan bagaimana cinta itu akan kembali ke pelukanmu dari seseorang itu, karena untuk bulan ini saja, kau tak perlu memikirkan bagaimana jatuh dari jatuh cinta itu. Kau hanya bebas untuk jatuh cinta.

Ini kau sedang menjajaki hari pertamanya. Bulan Lovember. Bulan cinta, bulannya jatuh cinta. Namun bukan bulannya untuk jatuh karena cinta.

Selamat Jatuh Cinta. Semoga panjang umur, dan bahagia.

Wednesday 31 October 2012

FCT day #16 : Maaf, Dok.


Maafkan saya, Dok. Saya tidak bisa terus-terusan jatuh cinta kepada Anda. Mungkin lebih tepatnya, saya benar-benar tidak bisa mencintai Anda, meski saya tahu siapa sebenarnya Anda ini. Maaf, Dok.

Maafkan saya, Dok. Saya harus menghentikan loncatan Anda. Entah dalam pikiran saya, atau dalam hadapan saya. Saya tidak bisa terus-terusan lihat Anda loncat-loncat seperti itu. Maaf, Dok

Maafkan saya, Dok. Saya harus menghalangi langkah Anda. Saya tidak bisa lihat Anda berjalan terus, tanpa hiraukan tikungan tajam dan cekungan yang menjebak. Saya juga tidak bisa lihat Anda terus-terusan berjalan. Maaf, Dok

Maafkan saya, Dok. Saya tidak bisa mencium Anda untuk menyempurnakan malam Anda. Bukankah Anda selalu melewatkan malam yang selalu sempurna? Dan saya juga tahu akan berakibat apa nanti jika saya mencium Anda. Sebaik apapun itu, saya tetap tidak mau. Maaf, dok.

Maafkan saya, Dok. Sepertinya hujan lebih menawan untuk memanggil Anda. Namun tetap saja, Anda masih seperti Anda yang biasanya. Minta cinta, loncat-loncat, terus-terusan melangkah, minta cium. Anda bukan Pangeran Kodok yang saya cari. Maaf, Dok

Tuesday 30 October 2012

FCT day #15 : Putri Tidur


Mengapa tidak ada yang bertanya : mengapa dongeng selalu dikisahkan di sebuah negeri dongeng yang indah, dengan seorang pangeran tampan dan putri yang cantik bertemu di sebuah ciuman karena nenek penyihir yang jahat?

Aku tahu jawabannya : Dongeng adalah cerita yang disembunyikan.

*

Syahdan, dikisahkan dalam sebuah dongeng yang tidak disembunyikan, seorang Putri sedang tertidur, dan menunggu Sang Pangeran datang untuk menciumnya agar Sang Putri bangun, kemudian mau menikah secara cuma-cuma dengan Sang Pangeran. Sang Putri yang cantik hanya menunggu dalam sebuah tidur yang panjang.

Dalam tidurnya, ia bertemu dengan seorang pemuda yang sedang berkelana dari satu mimpi ke mimpi yang lain. Tanpa ada percakapan yang dimulai, pemuda itu tersenyum dan mengakhiri pertemuannya dengan kalimat yang tiba-tiba terbaca di otaknya, "Bangunlah, jangan menunggu."

Sayangnya, bukan itu yang bisa membangunkannya.

*

Di lembah yang berbeda, hiduplah seorang Pangeran yang lebih suka menyebut insomnia sebagai anugerah para dewa-dewa tinggi yang diberikan kepadanya agar ia tidak bisa melewatkan kejadian barang sedetikpun di hadapannya. Namun kelebihan yang biasa dinikmatinya itu terkadang mendapat hujatan berupa cecapan dan keluh.

Dengan kelebihan itu, pangeran mempunyai kebiasaan baru : mencari. Ia terus mencari, tanpa peduli apa yang dikatakan orang mengenai apa yang selama ini dicarinya. Termasuk takdirnya untuk mencium Sang Putri yang sama sekali ia tidak yakini. Bukan itu yang dicarinya, begitu keyakinannya berkata, dan ia kembali mencari meninggalkan istana.

*

Tak ada penyihir jahat yang berusaha memisahkan mereka. Semua penyihir diciptakan baik. Sang Putri tertidur hingga ada seorang Pangeran yang menciumnya. Sang pangeran terus mencari, tanpa tahu apa yang dicarinya. Akhirnya, mereka tidak pernah bertemu. Sekian.

Monday 29 October 2012

FCT day #14 : Takaran Dosis




"...My heart stops without you. There's something about you that makes me feel alive..."
-Owl City's Honey and The Bee

Aku baru saja mati. Jantung memilih hidupnya sendiri. Sejak aku memutuskan untuk menjadi hantu yang terus mengamati dia kapanpun aku mau, si Jantung yakin betul dengan kerjanya yang selalu berdegup yang melebihi batas normal. Jantungku merasa benar-benar utuh.

Jantung yang paling bodoh. Dia pikir, aku yang tidak bisa hidup untuk dia? Aku yang tidak bisa hidup dengan pompaannya? Kata siapa? Bodoh! Padahal dia yang tidak bisa hidup untuk aku. Sekarang aku tanya, untuk siapa sekarang dia berdetak setelah memutuskan untuk pisah denganku?

Aku mati. Namun belum tentu aku tidak hidup, kan? Aku masih suka mengamati dia dari dekat. Ya, dari dekat!! Jika seseorang itu obat, aku sedang overdosis

*

Aku sedang hidup, enggan mati. Seutuhnya bernyawa. Tidak mau beranjak untuk kemana. Seperti jantung menemukan nutrisinya. Ia berdetak seimbang diantara dua keraguan yang ragu atas keraguan yang dipilihnya. Bahkan ragu, ia tetap berdetak. Stabil, sesuai dengan acuan dokter.

Aku tak bisa ucap lagi apa yang sedang rasakan setiap elemen tubuhku. Tak tahu, hanya tak ingin banyak cakap saja. Hanya ingin memintamu untuk menikmatinya sendiri. Jika aku sakit, maka seseorang itulah obatnya.

*

Aku baru saja mati. Tak temukan beberapa degupan barang sedikit sekalipun. Sebelumnya, hari-hari terasa hanya terera di kalender-kalender. Aku berjalan diantaranya, seperti tidak menemui gundukan, cekungan, tikungan, tanjakan, atau apapun itu. Kalaupun aku temui, aku tidak sedang merasakan mereka.

Tidak, aku tidak sedang bahagia. Aku tidak sedang bahagia karena tidak menemui atau tidak merasakan goncangan itu. Asal kau tahu, aku seperti melihat layar putih kosong, kecepatan stabil sejak tarikan gas pertama, jalanan hitam lengang tanpa bisa temui ujung atau kelokan, ruang angkasa tanpa oksigen, atau malah gula dan garam tidak pernah ada. Rasanya apa? Iya, itu maksudku.

Aku seperti sedang sakit, tiada temukan obat.

Sunday 28 October 2012

FCT day #13 : KD0075

Metabu. Burung asal ruang angkasa berwarna perak metalik mendarat cuma-cuma di hadapan kami. Ia suka mengintai bumi dari kejauhan. Terkadang mengitarinya, atau mengobrol ringan dengan bumi dengan bahan kerusakan organ vitalnya. Malam ini, Metabu memberikan pesan kepada kami untuk pencarian sebuah benda yang tersembunyi di antara dekapan semesta.

Tantangan diterima. Kami akan pergi, tanpa peduli apa yang akan kami hadapi, kami tetap pergi.

Kami mengangkasa dengan roket KD0075. Melejit jauh. Mengabsen tahta bintang yang setiap malam temu sapa dengan kami. Bertemu alien yang sedang menjaga salah satu gerbang galaksi. Bertempur dengan sekawanan makhluk yang kami belum pernah berkenalan sebelumnya.

Tiba di sebuah planet untuk mengistirahatkan diri, kami naik ke gunung. Uniknya, kami bisa naik dalam satu langkah, dan turun dengan satu lompatan. KD0075 yang menunggu dari kejauhan seketika berubah menjadi kapal selam di depan mata kami, dan laut luas menyambut kami. Kami belum kembali. Kami belum mau kembali.

------------------------------

ps : Main-main dengan anak kecil ketika Denah. Dan seketika hayalan saya kembali lagi :D rasanya ini kurang keren kalau untuk mereka

Saturday 27 October 2012

FCT day #12 : Jalan Mati

Kami di lahirkan dari biang yang sama. Kami istimewa. Besar dan ditempa dengan cara yang nyaris sama. Dengan kualitas yang tidak bisa dibandingkan dengan spesies lainnya. Meski nasib berbeda, namun nyatanya kami masih sejajar, tidak saling bersaing. Kami masih dalam satu naungan.

Tiba hari pemutusan. Kami harus dibedakan. Kasta tinggi, kasta rendah. Tanpa kami ketahui siapa yang memiliki kedudukan kasta tinggi ataupun kasta rendah. Kami harus berpisah, berjalan di jalan yang sesungguhnya tidak kami kehendaki.

*

Aku memeluk sebuah benda yang mudah terganti setiap masanya. Tiada yang jatuh cinta denganku, karena aku terlalu lusuh. Ckck, sayangnya mereka tidak mengerti bagaimana aku mengolah mutiara yang sedang kupeluk ini.

Saudaraku memeluk benda dengan lapisan kulit. Dandanannya kinclong. Tidak ada yang tidak jatuh cinta dengannya. Sehingga mudah baginya berpindah dari rumah mewah satu ke rumah mewah lainnya. Sayangnya, tidak ada yang mau menikah dengannya.

Mengapa kami saling tahu? Kami punya koneksi yang harus segera dilaporkan melewati induk kami yang terkandung di serat-serat tubuh kami.

*

Kami bertemu dalam satu rumah. Rumah suami kami yang sah. Ia mencintai kami, namun selebihnya, ia lebih mencintai apa yang kami peluk. Selanjutnya, masing-masing dari tubuh kami disimpan. Hingga pada suatu ketika, tubuh-tubuh kami terpisah, menjadi bentuk baru, kemudian dibuang. Kami lupa siapa kami.

Kami sudah mati, duduk lesu diantara makhluk-makhluk dari negeri antah berantah. Kami hanya ada satu. Dan kau akanjarang temukan kami. Kami akan kembali dalam satu naungan yang sama.


--------------------

Ditemukan ketika kelas Agus Noor. Dia suruh orang yang ada di kelasnya mengimajinasikan hubungan antara tas dan handphone. Saya kepikiran kardus yang membungkus mereka, dan jadilah mereka menjadi 'kami' dalam FCT ini.

Friday 26 October 2012

FCT day #11 : Selamanya Disini


Aku sedang melihat matahari tenggelam. | Oh ya? Pasti indah. Aku sedang melihati ia terbit.

*

Musik-musik perbukitan, dibawah pohon sarang kunang-kunang, hadap ke barat sambil tutup mata.

*

Aku mau pergi ke sebuah tempat dimana semua seperti persis apa yang aku ceritakan. Tenang, aku tak perlu kembali.

Tempat dimana aku hanya bisa duduk saja, dengarkan angin-angin berkelit dengan dedaunan, dan menulis di atas kertas dengan tulis tangan. Tersedia teh seduhan pertama setiap pagi, setiap aku menulis. Tersedia segala macam kertas dari penjuru dunia. Kusimpan, sesekali kupakai. Pasti kupakai semua. Ada yang mengirimkan secara cuma-cuma. Setelah selesai menulis, kertas-kertasnya terbang sesukanya keudara, hinggap di hati siapa saja yang beruntung. Kubilang kamu, selalu kamu. 

Dan kekasihku adalah kau yang selalu terjaga, enggan terlelap, takut kelewat satu pun kejadian yang sedang terjadi.

Musik-musiknya tiba-tiba terbang sesukanya di ruanganku tanpa harus memilih dan diminta main dan selalu buat saya jatuh cinta. Daunnya yang berguguran dan mengering, selalu kering meski terkena hujan. Karena daun kering yang diinjak itu.. mesra. 

Kenapa tak ada pantai? Karena pantai dan laut adalah tempat pulang, sedangkan aku tak mau di rumah saja.

*

Saya nggak mau paris atau perancis atau eiffel. Saya cuma mau bukit, pohon kunang-kunang atau lampu-lampu dan padang rumput luas. 


Tersedia dalam kemasan Twitter (@rahamnita) dengan sedikit pengaturan (editing) :)


ps : Ini yang lumayan paling cepat. Dari jam 10.30 malam sampai jam 1 pagi, menghasilkan 6 FCT. *fiuuuh cantik

Thursday 25 October 2012

FCT day #10 : Teori Setengah Lompatan


Kalau langit-langit kamarmu tidak begitu tinggi, cobalah melompat dengan satu lompatan, dan sentuh. Bisa? Kalau bisa atau nyaris bisa, anggap saja kau sudah bisa menyentuh langit-langit kamarmu dengan satu lompatan. ..........(Teori Pertama)

Kalau kau cinta sekali dengan langit, dan ingin kesana atau menyentuhnya, kau hanya butuh melompat sejauh setengah lompatan dengan meyakini teori pertama. ..........(Teori Kedua)

Begini penyelesaiannya:
Satu Lompatan = Langit-Langit
1 Lompatan = Langit2
1 Lompatan = Langit x 2
Kedua ruas dibagi 2 atau dikali setengah
1/2 Lompatan = Langit
Terbukti

Kalau kau bertemu dengan seseorang yang senyumnya bisa membuatmu girang, atau seharian ini sedang bersenang-senang dengan orang yang sama dan menikmati senyumnya sepanjang hari, atau apa saja yang membuat perasaanmu merasa tidak terdiskripsikan dengan kata dan bahasa apapun. ..........(Teori Setengah Lompatan)

Wednesday 24 October 2012

FCT day #9 : Jalan Pulang


Malam ini aku berpura tertidur di pundaknya di perjalan pulang kami. Seperti biasanya, ia mengatarku tepat di depan rumah. Tak pernah lebih atau kurang, sehingga membuatku tak perlu berjalan lebih untuk sampai ke depan pintu gerbang. Aku turun dengan mata yang sok sokan terpejam dengan arah suara mengelantur seperti tidak bisa menahan kantuk.

Esok libur panjang, dan malam ini juga ia akan pulang ke rumah ibunya. Begitu katanya tadi. Aku tak pernah curiga dengan apa yang membuatnya pulang meski ia terbilang jarang sekali pulang. Namun tiba-tiba saja aku ingin tahu kemana arah jalannya pulang.

Kami selalu tahu jalan masing-masing untuk berangkat karena kami selalu berangkat bersama-sama. Ia tahu jalanku untuk pulang, namun aku tidak tahu kemana arah jalannya pulang. Bisa dibilang ini curang.

*

Aku berada di pundaknya. Melihat arah jalannya pulang. Kecepatan mengemudinya nyaris seratus meter perjam. Berbeda sekali dengan kecepatannya ketika mengantarkanku pulang. Aku bisa merasakan keinginannya yang menggebu untuk segera berjumpa dengan rumah dan tanah di pekarangan halaman rumahnya. Aku bisa merasakan jantungnya yang berdegup lebih tenang, tidak sama seperti ketika bersama tubuhku.

Tuesday 23 October 2012

FCT day #8 : Kelas Ekonomi


Pemuda kemarin yang cintanya diterima oleh Naima ditemukan mati. Pemuda sebelumnya malah masuk ke rumah sakit jiwa setelah cintanya diterima oleh Naima. Yang sebelumnya lagi, tiba-tiba doyan makan benda-benda tajam seperti paku dan sejenisnya.

*

Siapa yang tak kenal Naima? Siapa yang tak mau jadi kekasihnya? Gadis mana yang tak iri dengannya? Pernyataan konyol yang tersebar rata di pembicaraan orang yang mengenalnya.

Naima cantik. Tubuhnya tinggi semampai. Kulitnya putih tak wajar, mendekati pucat. Rambutnya hitam pendek lurus betulan seperi rambut pasangan. Ia dikontrak untuk menjadi cetakan manekin.

Siapa saja yang berbut mendapatkan hatinya, ia membuka hatinyanya dengan lebar. Apalagi dengan pemuda-pemuda yang menyatakan cinta kepadanya. Ia selalu mengiyakan.

Semurah itu dirinya, seperti kelas ekonomi. Berebut, siapa yang menginginkan, pasti mendapatkan.

Monday 22 October 2012

FCT day #7 : Adrenalin



Aku terkikik sendiri membaca pesanmu malam ini. "Terima kasih harinya. Baru kali ini aku merasa berbeda dari biasanya. Aku merasa  berkeliaran, bebas. Terima kasih". Kaku seperti biasanya, memang. Namun siapa peduli. Yang penting aku senang, aku girang. Dan kau sendiri yang bersaksi dengan sendirinya.

*

Seperti biasanya, senin pagi ini aku mengirimkan sepaket bubur ayam komplit dengan teh panas seduhan pertama dengan sedikut gula kesukaanmu. Tak lupa adrenalin yang sama pada minuman yang kuberikan kemarin.

Aku tak bisa menahan ketagihanku mendengar jantungmu ingin meletus seperti sehabis naik roller coaster minggu kemarin. Padahal sebelumnya aku yakin sekali kalau kau tak punya jantung.

Sunday 21 October 2012

FCT day #6 : Kunang-Kunang



Nenek suka bercerita kalau makhluk indah yang menyala  adalah kunang-kunang. Aku pernah melihatnya sekali. Dan dibuatnya jatuh cinta berkali-kali lipat.

Keesokan paginya, aku minta setoples kunang-kunang kepada ayahku sepulangnya berburu. Namun, aku diberinya setoples serangga yang terbang basa basi. Aku marah, kemudian pergi ke desa sebelah, kucari bukit rindang, dan aku tertidur di bawahnya.

Saat aku bangun dan ternyata senja sudah tenggelam, aku menemukan banyak sekali kunang-kunang berkeliaran. Indah. Aku enggan pulang.

*

Nenek bercerita lagi kalau kunang-kunang bisa diciptakan. "Kumpulkan guntingan kukumu yang panjang-panjang itu ke dalam toples yang sudah terisi dengan mentol sedikit saja. Sembunyikan di bawah tempat tidurmu. Kemudian tidurlah, dan jangan sekalipun kau melihat toples itu sampai pada malam berikutnya."

Aku percaya. Kugunting semua kukuku, dan melakukannya persis seperti apa yang diceritakan nenek. Dan benar saja, malam berikutnya, aku menemukan lima kunang-kunang menyala di bawah kolong tidurku.

Lama-lama aku sedikit curiga dengan kunang-kunang yang selalu menyala di bukit desa sebelah. Kini jumlahnya semakin sedikit, bahkan hampir habis.

Saturday 20 October 2012

FCT day #5 : Masalah Umur


"Age is just a number. It won't be any trouble at all"
- Mocca's Listen to Me
Aku lebih tua lima tahun dengan suamiku. Bukan perkara mudah, sebenarnya. Usianya belum benar-benar matang tidak seperti usiaku yang malah terlalu matang. Aku sering mengalah dengannya. Itu tiada mengapa. Dia saja mampu menerima dan mencintaiku apa adanya, mengapa aku tidak?
*
10 tahun kemudian.
Aku kini lebih muda 5 tahun dengan suamiku. Seperti apa yang selalu aku perkirakan. Aku pasti berada dalam posisi ini.
Ia semakin dewasa. Sehingga bukan aku lagi yang sering mengalah untuknya. Aku malah merasa kami sedang dalam posisi yang sama. Tidak ada yang lebih atau kurang. Seimbang.
Hari ini aku ulang tahun. Seperti biasa, kuucapkan permintaan konyolku seperti sebelum-sebelumnya sebelum aku meniup lilin yang angkanya masih selalu sama , "Semoga seperti ini selamanya. Tiada berganti, barang usia suamiku."
*
Suamiku menua. Aku tak kuasa melihatnya semakin ringkih, semakin renta. Namun ia selalu menyediakan lilin yang selali sama setiap aku berulang tahun. Tidak pernah bosan.
Sebelum aku meniupnya, seperti biasa, aku meminta permintaan. Kali ini sedikit berbeda dengan suara yang sedikit dilantangkan, "Aku tak mau ini selamanya. Aku mau meniup lilin yang berbeda setiap tahunnya. Aku mau mati berdua bersama suamiku."
Di tengah senyumannya yang selalu tenang yang menyebabkan kerutan di ujung matanya semakin kelihatan, ia menyahuti, "Aamiin. Tuhan selalu dengar."
*
Tahun-tahun berselang. Suamiku yang itu sudah tenang di alam kuburnya.
Kini aku lebih tua enam tahun dengan suamiku yang sekarang. Bukan perkara mudah, sebenarnya. Aku sangat sering mengalah dengannya. Dia saja mampu menerima dan mencintaiku apa adanya.


ps : Inilah hutang, bukan sekadar kutang. Untuk day #6 sampai #12 (hari ini) menyusul. Disegerakan. Maklum, lagi (sok) banyak yang dikerjakan :p

Friday 19 October 2012

FCT day #4 : Perkara Jingga dan Nila


Nila.
Aku menulis ini ketika sedang bermimpi dengan mata terbuka. Aku melihat cermin, dan sebagai manusia, aku benar-benar melihat warna nila.
Kawan-kawan bilang, ini dunia nyata. Dunia dimana kita harus menjalaninya. Namun, aku enggan dihimpit dengan (yang kata mereka) kenyataan.
Ini aku sedang bermimpi. Mimpi yang jelas-jelas buruk.
*
Jingga
Aku menulis ini ketika ingin terjaga. Aku merasa terjaga ketika sedang menutup mataku. Penuh daya sebagai seorang jingga di pertengahan petang menuju senja.
Kawan-kawan bilang, aku sedang tertidur dan diselipi bunga tidur. Sayangnya, aku mau selamanya disini. Selamanya. Tiada akan kembali lagi.
*
Nila.
Aku merasa tak jangkap. Seperti halusinasi. Sering dicari, namun tak pernah diyakini.
*
Jingga
Aku tenang, abadi hingga nanti. Sering bertemu, dan semakin bersemu.
*
Nila dan Jingga
Alarm berontak. Hingar bingar serukan namaku untuk segera bergegas.
Aku membuka mata sejenak, kemudian menutupnya kembali. Enggan beranjak.
Seperti kau sedang menutup mata, kemudian membukanya. Bersedia selalu melihat nyata.

Thursday 18 October 2012

FCT day #3 : Mabuk


Akhir-akhir ini yang menemaniku tiap malam untuk membuatku terjaga bukan lagi adukan tiga sendok kopi dan sesendok gula tanpa krimer dalam air mendidih. Melainkan sebuah percakapan dengannya.  Seperti manusia membutuhkan oksigen dalam napasnya, aku membutuhkan percakapan rutin seperti ini tiap malam.

Secara tak langsung, dengan tidak sadar, ia membayarku dengan sebotol anggur asalkan aku mau mendengarkannya saja sepanjang ia berbicara. Ia selalu cakap tentang perempuannya. Perempuan yang selalu menawan, membangkitkan nyawa, adrenalin utamanya dalam setiap pagi, nina bobo paling tenang yang pernah ia dapatkan dan segala macam pencitraan indah. Dan aku selalu meminum seperempat teguk anggur setiap malam ketika mendengarkannya bercerita. Aku sudah mabuk dengan seperempat teguk, karena tiga perempat sisanya adalah ia.

Sehari sekali efek mabuk seperempat teguk anggur itu berkurang. Sebelum hilang, aku selalu meneguknya lagi. Setiap hari aku mabuk bersamaan dengan cerita-ceritanya yang mengalir di rongga telinga. Ia bercerita sesukanya dan aku mabuk sesukaku. 

Kemudian suatu hari ketika ia menanyakan bagaimana mendapatkan perempuan itu, aku hanya diam dan meneguk setengah gelas anggur. Aku bukan penasihat. Aku hanya pendengar dan pemabuk. Aku bisa apa? 
Ia memutuskan untuk pergi, mengejar perempuan itu sendiri. Dan aku minum anggur hingga menyisakan setengah botol untuk mempertahankan mabukku selama mungkin.

**

Aku duduk. Tak lagi minum anggur, karena anggur hendaknya diminum ketika mendengarkannya bercerita. Didepanku duduk setengah botol anggur yang tersisa untuknya, kalau sewaktu-waktu ia butuh mabuk.

Ketika kadar mabuk anggur terakhir yang kuteguk sudah nyaris hilang, ia datang dengan sempoyongan. Katanya sambil tertawa-tawa, ia menyerah. Benar-benar menyerah. Aku tersenyum menjadi pendengar, kemudian memberikan setengah gelas sisa anggur milikku. Ia meminum habis anggur yang sudah lama menua seteguk demi seteguk. Tergesa. Tentu saja ia bisa lebih mabuk.

Setelah ceritaku selesai, bersamaan dengan tegukan anggurnya yang habis, aku berdiri, berbalik membelakanginya. Ia bertanya, "Hendak kemana?"

Anggurnya habis. Aku boleh berbicara. Tanpa menoleh aku menjawab, "Pergi."

"Aku mabuk kepadamu". Apa kubilang, ia lebih mabuk.

Aku tertawa, aku sudah selesai untuk mabuk. 

Wednesday 17 October 2012

FCT day #2 : Sudah Dipanggil


Sepertinya sudah nyaris setahun. Dipanggil, namun tidak mengindahkan. Ini membahayakan. 

Meski yang kudengar dari banyak orang dia tidak mungkin bermusuhan kepadaku, tapi yang namanya dipanggil dan tidak mengindahkan, itu tidak sopan, kan?

Kalau kau tahu siapa dia, jangan keras-keras bunyikan namanya di dekat telinga orang banyak. Selain terlalu istimewa, takut ada yang lebih jatuh cinta terhadapnya, kemudian sok-sokan dipanggil, dan datang kepadanya sebagai obat malam minggu. Ingat, dia terlalu istimewa.

Aku sedang mengintainya. Tampaknya semakin tampan. Kini, siapkan senjata. Saatnya serang dia. Kalau tak mau, aku saja yang serang dia sendirian. Sepertinya seru.

Tuesday 16 October 2012

FCT day #1 : Detak-detak


Malam ini aku dengar detak jantungnya. Sedikit mengecewakan karena temponya tidak lebih cepat ketimbang jantungku. Bukan perkara kompleks, sebenarnya. Toh tak ada permasalahan dengan ini. Semuanya puas.
*
Malam ini aku memasang kelima indraku kuat-kuat. Kuciumi parfum yang sudah berbaur dengan keringat yang terselip di sela-sela serat kemejanya. Kulumat pelan-pelan bibirnya agar tidak kaget berkenalan dengan Bibirku. Kutatapi jendela karena waspada, siapa tahu ada yang intip ingin cicip. Kuraba tepi-tepi ranjang agar selalu tenang dalam perjalanan malam kali ini.
Aku tertawa, padahal sejatinya, hanya empat indra saja yang bekerja. Telingaku? Ia hanya menilik hasil kerja empat indra lainnya.
*
Malam ini aku menggenggam detak jantungnya, dan darah segar menetes di sela-sela jemariku. Semoga tak hanya sampai fajar nanti. Semoga selamanya.

###
ps : nanti kuis Metode Statistik dan ini yang kukerjakan

Saturday 13 October 2012

Project P

Model : Raja Keling.
Penangkapan oleh : me :)


Ada yang aneh dengan kaki saya? 
Menurut saya, ini adalah kebebasan.
Tentang bagaimana kelingking tidak lagi tertindas oleh kelecetan.


**

Project P

Ini semua dimulai ketika aku sok sokan mencoba punya jalan berputar yang harus aku lalui.
Begini, ini diawali dengan kedoyanan nulis. Sebenarnya, spesifikasinya sih fiksi. Entah itu dalam bentuk puisi, cerpen, naskah, flash fiction, dll, pokoknya yang penting fiksi. Fiksi aja? Nah, dari situ aku mulai ngerasa tertantang. Masa mau nulis fiksi aja? Jadi penulis yang fleksibel dong. Bisa fiksi dan bisa non-fiksi. kan keren tuh.
Kemakan omongan sendiri, aku coba iyain tantanganku: tertarik dengan dunia jurnalis. Alhasil, oprek-oprek bikin buku pun dicari. Kalau ngisi formulir ngelamar organisasi, ngisinya gini : kemampuan: Jurnalis. Dengan modal sok sokan tersebut, 2 formulir yang ngisi secara online pun diterima. Satunya jadi tim buku, satunya jadi staff magang di salah satu organisasi.
Singkat cerita, disitu aku dapet pengalaman kalau aku nggak cocok di dunia penulisan non fiksi. Bukan mau menjudge, tapi, untuk apa kita mengerjakan sesuatu yang kita nggak mampu, sesuatu yang kita nggak nyaman ngelakuinnya?
Jadi, apa itu Project P?
Belakangan, aku keracunan tulisan di desktop. Tulisannya gini : NULIS!! Pake huruf gede, kapital, ukuran segaban. Karena itu pula, aku kepikiran untuk bikin Project.
Kata orang, kawan imajinasiku ini terlalu tinggi untuk seusiaku. Aku nggak bisa berhenti buat ngayal. Imajinasku nggak pernah berhenti. Dan aku juga ingin memulai semuanya dengan basmalah (abaikan). 
Jadilah Project P : Solusi tepat guna untuk memanfaatkan imajinasi dan menaikkan kemampuan saya di dunia fiksi. 
Bismillah, proker pribadi ini harus jalan.
Tunggu saja.

Thursday 11 October 2012

Pejam Mata, Kemudian baca.


Hai. Selamat Pagi. Selamat pagi untuk seseorang yang ada di seberang. Entah di seberang pulau atau di seberang dunia nyata atau di seberang pelanet.
Saya mau cerita. Sedikit menye dan bombay. Tapi saya nggak tahu lagi mau cerita kepada siapa. Tempat saya cerita yang paling enak sudah punya tempatnya sendiri-sendiri. Mereka mungkin nggak pernah lupa dengan saya. Kawan-kawan yang ada disekitar saya ada. Mereka ada. Kelihatan. Tapi nggak tahu kenapa, saya ngerasa sendiri aja. Dan saya nggak tahu mulai dari mana.
Saya orangnya sih sulit banget cerita yang 'dalem' ke orang lain. Bukannya nggak percaya. Ini mungkin karena saya sendiri yang telinganya tebel. Yang jarang (bahkan gak mau) 'dengerin' orang yang nggak tahu banyak tentang saya. Salah saya juga sih. Hahaha
Jadi gini, 2012 ini cepet banget ya. Kerasa cepetnya. Januari hangat-hangatnya pengaderan. Februari Teater Holic. April Teater Holic. Mei Peksiminal. Juni UAS. Juli Temu Teman yang saya nyesel banget nggak ikut :(. Agustus Puasa. September masuk kuliah. Dan tadaaaa sudah Oktober saja.
Selama itu pula (bahkan lebih), nggak tahu kenapa saya masiiiiiiiih aja ngerasa sendiri. Nggak tau mau cerita ke siapa, beban itu ditumpahin sendiri ke kaca bukan ke orang. Ramai-ramai pun saya suka ngilang kemudian balik lagi. Aneh memang.
Hati juga nggak tahu mau kemana juntrungnya. Gampang banget jatuh cinta dengan seseorang, dan seseorang itu bisa bikin berubah jadi yang lebih baik. Eh, giliran dia nemu cewek yang bikin jatuh cinta dan dianya digantung, sayanya yang patah hati, dan perubahan yang bikin saya lebih baik pun sirna. Apa maunya coba?
Sebelum patah hati, saya coba lari ke kegiatan-kegiatan buat menghindari semakin 'kulino'-nya saya ke dia. Berhasil sih. Berhasil buat jarang ketemu sama dia. Sekalinya ketemu dingin-dinginan. Gak ngomong. Untuk mengurangi 'kulino'nya? Saya nggak yakin.
Nah, ketika banyakin kegiatan itu, tetiba aja  dibolehin naik motor. Setelah Bapak percaya kalau saya bisa naik motor beneran (FYI, saya baru bisa naik motor beneran itu sekitar bulan mei pertengahan). Setelah saya bawa motor (untuk beberapa ketentuan aja), mulai deh plannya ngurangin 'kulino'nya berjalan. Karena udah nggak ada hambatan buat kesana kemari karena sudah ada kendaraan.
Setelah itu, kulinonya udah berkurang. Tapi coba apa tebak! Lama-lama saya kangen sama dia. Udah ketagihan kok. Terus mau apa? Belakangan ini saya suka keinget kalo dibonceng dia itu kek gimana ketika saya lagi dibonceng malem-malem entah sama siapa. 
Jaman sebelum saya sok sokan jauhan sama dia, dia lumayan sering nganterin saya pulang kalau udah malem. Meski cuma nganter aja sih. Dan itu pun di depan portal, karena jam 11 lebih udah ditutup. Tanpa kecupan manis selamat malam. Haha ngaco saja.
Yang bikin kangen keinget dibonceng sama dia itu adalah : punggung, pundak, dan aroma badannya yang kecapekan belum mandi haha. Punggungnya memang biasa aja, pundaknya memang nggak bidang, dan badannya itu cenderung ke arah bau yang gak pake parfum. Tapi, nggak tahu kenapa, ketika saya di belakangnya itu, saya berasa berada di belakangnya bapak. Ngerasa aman dan nyaman. Untuk punggungnya, saya suka tulang belikatnya yang sedikit menonjol.
Dan belum lagi percakapan malam kita. Sepanjang perjalanan, kita selalu ngobrol nggak ada henti. Haha. Jadi, perjalanan kampus-rumah yang kalau malam-malam dia bisa ngebut cuma butuh waktu 5-10 menit, ini malah 15-20 menit. Pelan banget. Standar lah. Mirip bapak kalau nyetir.
Memang sih, percakapan itu nggak penting-penting banget. Tapi, hellooooo siapa yang peduli penting nggaknya. Yang penting, dia menghargai saya banget. Saya ngerasa saja seperti itu. Dia ngehargai saya kalau saya ini doyan banget ngayal. Dan apa? Dalam percakapan itu, saya selalu ngerasa sedang memutar otak kananku namun secara nyata. Begini, hmm.. saya posisi ngayal, membayangkan, namun mata saya terbuka lebar, dan dia mampu membuat alirannya sendiri. Kurang lebih seperti itu.
Belum lagi dengan sms-smsnya, sikap-sikap dia dan.. ah, sudah.
Tapi dia sekarang sudah beda. Sudah nggak seperti dia yang dulu saya kenal. Ketawanya sudah beda.
Dan sekarang memang rasa itu sudah.. apa ya.. dibilang sudah ngga ada juga enggak, karena saya masih ngerasa ketagihan sama dia. Dibilang masih ada rasa juga enggak, karena saya udah biasa saja kalau sama dia. Jantung nggak underground gitu.

Jadi, mau apa? Mau minta ke dia kalau dia sama saya saja? Tidak. 
Saya mau dia bahagia, tenang, bisa lebih baik, nggak suka kangen rumah, dewasa, nggak sok sokan dewasa, dominan sedikiiiiit saja. Apalagi kalau dia bahagia dengan seseorang yang dia kejar.
Saya cuma mau dia bahagia, nggak banyak cecapan dan kerutan di alisnya. Aamiin.
Selamat pagi. Selamat tidur. Semoga bahagia. :*
ps: sebenarnya tadi nggak mau mosting yang segini amat sih. Mau yang lebih parah. Eh, malah yang keluar ini. Haha mohon dimaafkeun :3

Wednesday 10 October 2012

Ingat

Terkadang (atau bahkan sering), ada yang seharusnya suka mengingatkan:

Jangan kebanyakan proyek.
Jangan kebanyakan kegiatan.
Jangan kebanyakan kepanitiaan.
Jangan kebanyakan ini itu atau apalah.
Kamu itu, ngingetin mimpi orang.
Tapi kadang lupa sama mimpi sendiri.

*
Sedang mengingatkan diri sendiri saja.
Tidak sedang mengingat-ingat.
Tidak sedang mengingatkan orang.
Tidak sedang diingatkan oleh seseorang

Friday 5 October 2012

Hai.

Namaku Jingga. Sudah lebih dari setahun aku terus-terusan menunggu. Duduk di tepi jendela, melihat ayunan yang menggantung sendiri bergoyang perlahan ditiup angin. Ayunan saja tak pernah bisa diam sendiri, meski tidak sedang ditunggangi. Ada angin yang selalu menjelaskan kepada pegangannya bahwa tanpa orang yang mendudukinya, ayunan tetap sejati untuk berayun.
Kata orang, jingga itu warna senja yang indah. Warna yang tenang, layak untuk dijadikan sandaran kelelahan sepulang bekerja. Warna yang layak untuk membuat alasan pulang, tanpa harus tahu kemana rumah untuk pulang. Warna yang selalu ditebak setelah sore. Padahal tidak. Pada senja di pagi hari, jingga adalah alasan untuk terjaga dan mencecap karena membuat orang harus beranjak kemudian pergi meninggalkan rumahnya.
Aku jingga yang kedua.

Wednesday 3 October 2012

#sikap : Jabatan Batik di Hari Batik Nasional

UNESCO mengakui batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi milik Indonesia tepat tiga tahun lalu, tanggal 2 Oktober 2009. Setelah itu, pemerintah menetapkan tanggal tersebut menjadi Hari Batik Nasional. Sayangnya, tidak semua orang tahu mengenai hal itu.
Pada tahun ini, adalah tahun ketiga kita memperingati Hari Batik Nasional. Sangat miris sebenarnya ketika saya sendiri sebagai mahasiswa yang juga mencintai batik menyikapi batik di tangan kita di Hari Batik Nasional ini.
Batik. Masyarakat kalangan mana yang tak mengenal warisan budaya satu ini. Batik yang dikenakan dahulu dan sekarang amatlah berbeda. Secara umum, dahulu batik adalah sebuah ‘sandang’ yang sangat sakral. Mulai dari cara pemakaian, siapa yang memakai, waktu pemakaian dan sebagainya. Segalanya diatur.
Seperti salah satu motif batik yang sangat saya sukai, yaitu motif parang, yang bentuknya mirip integral. Terutama parang rusak, motif yang hanya dikenakan oleh para bangsawan di beberapa acara kenegaraan dan beberapa upacara adat.
Batik sebelum hari ini adalah sebuah benda dengan harga ‘mahal’. Meski nyaris seluruh kalangan memilikinya, mereka hanya memakainya di acara-acara besar seperti memenuhi undangan di acara pernikahan kerabat, pertemuan dengan RT, rapat RW, dan sebagainya.
Dan batik hari ini adalah batik yang bisa dikenakan di berbagai acara. Sering dari kita kuliah pakai batik, jalan-jalan pakai batik. Bahkan, maba pun dihimbau untuk ber-dresscode batik. Saya ikut senang dengan perkembangan batik yang seperti ini. Batik yang sudah ‘luwes’ dikenakan. Terutama motif parang rusak, yang menurut saya dapat meningkatkan aura pemakainya (terutama lelaki). Siapa saja bisa memakainya, tanpa harus menyandang keturunan darah biru.
Apalagi dengan adanya batik cap. Batik yang teknik pembuatannya sedikit lebih mudah dibanding batik tulis. Ini juga membuat harga batik cap sedikit lebih miring ketimbang batik tulis. Dari segi kualitas mungkin sedikit berbeda, walau dilukis di kain yang sama. Meski menurut saya batik tulis lah yang memiliki nilai lebih karena keorisinilan dan ‘rasa’ yang tak tertandingi, tetap saja itu bukan menjadi masalah yang besar.
Dibalik euforia saya akan kebanggaan kepada batik yang semakin merakyat, saya sedikit menyayangkan kedudukan batik di pasaran saat ini. Ambil saja contohnya batik sembur. Batik yang warnanya warna warni. Entah apa, saya kurang suka dengan batik seperti itu. Coraknya mungkin tidak jauh beda dengan batik pada umumnya. Namun, yang membuat saya sedikit risih adalah warnanya yang warna warni, yang sedikit melenceng dengan batik pada umumnya.
Lantas, batik seperti apa yang ‘batik pada umumnya’? Batik yang motif-motifnya seperti jarik yang biasa dikenakan, yang memiliki estetika batik sesungguhnya. Menurut KBBI, batik sendiri artinya adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Memang tidak ada keterangan secara spesifik bagaimana batik itu sendiri dinamakan batik, setidaknya batik sembur tidak semena-mena menamai dirinya dengan kata-kata ‘batik’ didalamnya. Mengingat batik yang diwariskan adalah batik dengan warna dominan coklat, atau tergantung dari daerah asal batik tersebut.
Belum lagi batik yang digabungkan dengan logo tim sepak bola dengan motif yang warna-warnanya sedikit aneh. Yang saya pertanyakan disini adalah, dapat motif dari mana kalau itu batik?
Ada hal lain lagi yang membuat membuat saya semakin miris. Adalah posisi batik saat ini. Yang saya lihat, batik saat ini tak lagi menjadi motif yang sakral. Tak lagi menjadi sebuah ‘sandang’ yang diagungkan. Mungkin karena batik sangat merakyat, atau bahkan terlalu merakyat, maka produsen memilihnya untuk menjadi motif pada produknya.
Contohnya saja, karena keindahannya, batik kini menjadi alas tidur di beberapa hotel yang mengusung tema Indonesia. Di pasar, kebanyakan batik dijadikan motif pada sandal atau sepatu. Di tumah tangga, batik dijadikan sarung bantal sofa atau taplak meja yang nanti sewaktu-waktu bisa kotor. Atau jadi tas, yang jahitannya asal-asalan, sering dipake, akhirnya warnanya pudar dan lusuh. Kalau sudah rusak, dan lusuh, ujung-ujungnya masuk ke pembuangan.
Batik yang dahulu diagung-agungkan, yang memiliki ‘kedudukan’, sekarang menjadi benda pakai yang kedudukannya sangatlah tidak sama. Hal ini sangat disayangkan. Mengingat batik adalah warisan budaya yang sudah diakui oleh UNESCO.
Kebijakan tentang batik dapat dikenakan oleh semua kalangan dan usia bukanlah perkara mudah. Saya ulangi lagi, saya sangat suka melihat batik yang merakyat. Dalam hal ini memiliki pengertian bahwa batik dikenakan sebagai sandang atau pakaian. Bukan sebagai motif pada beberapa benda pakai yang membuat batik kehilangan ‘jabatannya’.
Coba kita tengok warisan budaya lainnya : kain songket, atau kain tenun khas di beberapa daerah, misalnya. Saya memang tidak tahu secara mendetil bagaimana kain tersebut ‘berperan’ ketika dikenakan. Yang saya tahu, selain kain songket harganya sangat mahal dan elegan, mereka biasanya disimpan di lemari, dirawat baik-baik, diperlakukan istimewa, seperti kain batik tulis asli yang harganya selangit.
Mungkin secara teknik, lama pembuatan, dan lain lain kedua kain tersebut berbeda. Namun tetap saja, keduanya adalah warisan budaya Indonesia yang kita harus jaga, tidak perlakukan dengan seenaknya sendiri.
Dipikir-pikir, pemerintah harusnya mengritisi tentang kain yang satu ini. Misalnya, kebijakannya diperketat, motif-motif batik memiliki trade mark-nya, batik hanya boleh dihasilkan di pengrajin batik yang memiliki ‘surat-surat’ dan kewenangan untuk memproduksi batik, dan sebagainya. Redesain batik boleh saja namun harus memenuhi kriteria dan seleksi oleh beberapa orang yang sudah lama bergelut dengan batik.
Dan, apakah kalian tahu batik motif apa yang kalian kenakan hari ini? :)

Wednesday 4 July 2012

Dimensi Perantau

Liburan 3 minggu. Cukup dipertanyakan apa yang dilakukan selama 3 minggu tersebut. Banyak kegiatan sebenernya dari kampus. Dan kebanyakan dari temen saya selalu ngeluh untuk 'Kapan aku pulang', atau 'Aku kepengen pulang'. Intinya sih sama saja : Kebelet pulang.
Beberapa teman saya, entah itu dalam satu angkatan, satu jurusan, beda angkatan, beda jurusan, atau bahkan malah beda universitas/institut, malah nggak pengen pulang. Banyak sekali alasan dan kenyataan yang menyebabkan mereka cukup mampu bertahan di Surabaya, yang udaranya nggak lebih seger dari kampung halaman mereka.
"Buat apa pulang, toh nggak ada apa-apa dirumah."
"Buat apa pulang, toh di rumah nggak ngapa-ngapain, garing"
"Disini banyak kegiatan yang bisa bikin liburan lebih menyenangkan"
"Buat apa kangen rumah?"
Macem-macem alasan mereka, dengan background ideologi yang berbeda juga. Terserah mau bilang apa, anak perantauan yang nggak kepengen/kebelet pulang itu keren!!

Monday 2 July 2012

Tidak Sedang Mendengarkan.

Diiringi irama gitar akustik yang mengarungi rongga telinga, sambil menutup mata dan mendongak, saya membayangkan saya sedang duduk bersila di puncak bukit, di bawah pohon, merasakan dedaunan runtuh di sela-sela ruang saya dan rambut yang membelai lembut pipi karena akngin. Posisi  terbaik nomor sekian yang saya impikan. 
Dan, disaat saya membuka mata, saya menemukan seseorang duduk di samping saya, sedang memeluk lututnya, dengan mata terbuka, ia mengikuti posisi saya : mendongak, melihat langit.
**
Seperti itulah.

Thursday 7 June 2012

Koneksi


Masih sore sebenarnya. Dan lelah tidak punya cukup daya yang banyak untuk menumbangkan tubuhku agar tertidur di atas lahan lelap. Mata terjaga saja. Untungnya, tidak menagih untuk mendapat penyelamatan berupa selamat malam, cepat tidur, atau mimpi indah jatuh di ujung mata atau telinga.
Suara tukang nyenyak kubiarkan berlarian di ruang dengar. Bernyanyi sekenanya, menawarkan jasa pengantaran untuk bertolak dari alam nyata. Siapa yang tidak tertarik untuk menerimanya dengan kondisi seperti ini? Aku mengiyakan.
Ketika nyawaku sudah nyaris tidak ada di lahan lelap, suara gending Bali ikut berlari, dan nama yang sama seperti yang sering bercokol di daftar kotak masuk pesan berkedip di layar ponsel. Tidak girang. Tidak juga menolak untuk menjawab, karena putri tidur tak pernah menolak Pangeran menciumnya agar terbangun.
“Halo?” responku seketika, mencoba tidak terlihat seperti terbangun dari tidur. Tidak ada putri tidur yang menolak berdialog dengan Pangerannya setelah dibangunkan.
“Sedang apa?” tanyanya.
“Sedang akan tidur. Nyaris saja sampai.”
“Mengganggu ya? Maaf. Kunyanyikan nina bobo ya. Sebentar,” suaranya sedikit menjauh. Setelah diam sejenak, terdengar suara badan gitar yang beradu dengan lantai. Sedetik kemudian, petikan gitar terdengar lembut.
Tanpa permintaan pemberitahuan, refrain terdengar dari dua sumber suara bersamaan. Berlarian di ujung-ujung tempat ini, dan di ujung telinga. Putri tidur tak bisa tidur karena menunggu lagu selesai. Dan Pangeran tidak pernah benci dengan lagu yang ia mainkan.

Sunday 29 April 2012

Power Ranger Melankolis

Tampilan blogger baru. Berubah. Total. Dan saya baru ngeh. Ini demi apa saya baru tahu? Kesibukan kah? Oh mungkin kesibukan dengan sok yang dikurungi. Zlap. (sok) Kesibukan. Haha. Yah. Meski belum benar-benar jadi mahasiswa 100 persen (masih maba). ITS itu benar-benar Institut yang Tugasnya Sok sibuk. 
Jadi begini ya, saya terangkan. Setelah pentas studi tanggal 5 April kemarin, UTS menyerang. Eh, UTS belum selesai, ada kegiatan baru. Huft *pasang tampang capek yang uimut :3*. Berasa artis, butuh manager buat memanageri waktu saya Mengingat saya masih punya kemampuan yang sangan minim buat menejemen waktu atau bagi waktu. Oh.
Banyak yang memang harus dirubah, meski banyak juga yang nggak usah dirubah. Harusnya emang seperti ini. Seimbang. Seperti blogger ini. Lihat saja. Tampilan blogger baru, namun tampilan halaman blog saya nggak berubah.
Kalau dianalogikan, berubah itu..
Sesakti-saktinya Power Ranger, kalo dia nggak punya jam yang ditekan-tekan itu, dia nggak bakal bisa berubah jadi sakti mandraguna
Tahu jam yang ditekan-tekan itu, kan? Iya. Iya, itu yang bisa bikin Power Ranger berubah. Anggota genk Animorphs butuh kotak apa-itu-namanya-lupa untuk bisa punya kekuatan berubah jadi hewan. Intinya, mereka butuh benda yang bisa bikin mereka berubah. Selesai? Oh tidak.
Power Ranger itu tidak sakti, e! Power Ranger itu punya kekuatan.
Ah. Sama saja, kan?

Wednesday 21 March 2012

9:09 jam laptop

Ada kuliah jam 9 tet, dan saya ini masih di rumah. Ya, agak gila. Oh, bukan agak lagi. Memang gila. Jam berapa ada kuliah, dan posisi masih berada dimana, sedangkan tidak memungkinkan untuk telat setidaknya 15 menit. Nggak naik motor? Motor siapa yang kunaiki? Mbemo, dan paling pol ya perjalanan 15 menit, ditambah jalan dari turun bemo sampe kelas sekitar 15 menit, artinya keseluruhan membutuhkan 30 menit. Ini standarnya. Kalo bemonya ngebut, paling cepet juga 10 menit. Tetep aja nggak bantu untuk bisa tet ke kampus dengan telat 15 menit. Apalagi kalo bemonya nyiput. Jangan memberikan pengharapan.
Hh, bukan mau menghakimi diri sendiri dan menyalahkan keadaan (keadaan tak pernah salah), tapi entah kenapa punya pemikiran seperti ini :
Saya ngerasa salah kalo kuliah gini. Ffff. Seperti semuanya itu tidak mendukung untuk kuliah. Teman saya, pernah bilang sama saya, "Kenapa kamu kuliah, Jun? Padahal kan udah enak-enak kerja. Dapet penghasilan, nggak usah mikir". Yap! Saat itu saya cuma jawab dengan idealisme anjing milik saya yang menyatakan bahwa saya pengen nggak berhenti di SMK aja. Kalo dipikir-pikir dengan keadaan seperti ini, rasanya kata-kataku tadi itu bullshit. Perlu untuk tidak didengar.
Ini entah salah saya atau siapa. Saya sudah menanamkan untuk berubah ketika kuliah nanti. Tapi apa? Tetep aja seperti itu. Mata kuliah yang seluruh materinya punya pendahuluan ketika SMA(SMKku diberikan hanya secepat kilat, dan itupun saya nggak ngerti), dosennya memiliki cara ngajar yang enak sebenernya, tapi terlalu cepet buat saya tangkep. Belum lagi kuisnya yang selalu ndadak. Ya saya nggak bisa belajar. Bukan salah dosennya sih. Saya tahu saya yang salah belum bisa nangkep lebih maksimal. Ndak, ndak ada yang salah. Iya ndak ada yang salah. Sampe-sampe dapet D, dan itu 4 sks. Whadefak.
Kendaraan. Ini bukan hal fatal yang gimana gimana gitu. Awalnya semangat banget semester 1 mancal. Apalagi enak banget cuma 15 menit perjalanan. Tapi kenyataannya? Capek. 5 kilo tiap hari. Belum lagi kalau ada tugas yang ngerjain sampe pagi, dan bangunnya badan capek semua. Akhirnya? Akhirnya sekarang ya bemo. Naik sepeda juga kalo udah pol banget telatnya dan kalo sepedanya sedang nggak dipake.
Haha percuma aja nulis kek beginian. Dijamin ndak ada yang baca. Saking membosankannya dan terkesan ih-apa-banget. Apa ya. Keknya saya ni emang butuh seseorang gitu. Iya, seseorang. Ya kan saya ngerti kalo kita ni hidup tidak sendirian, kan? Nah kalo temen-temen saya lainnya bisa gitu ndak butuh banget sama seseorang, sedangkan saya butuh banget. Sama seseorang.