Wednesday 7 November 2012

FCT day #23 : Kopi Ketiga



Udah 2 kopi, tapi masih pengen lagi. Anehnya kenapa malah ngantuk ya.. 
Malam larut diantara sesak-sesak dingin, dan mengapa ampas kopi tak juga bisa larut dengan air mendidih sekalipun? Apa karena ampas kopi paling nikmat disantap sendirian basah-basah setelah kopinya habis? Apa karena ampas kopi memang memilih kehendaknya sendiri untuk dinikmati sendiri tanpa ada rasa pemanis?

Kopi pertama kuminum pagi tadi setelah malamnya aku patah hati. Agar tak mata saja yang terbelalak, begitu juga hati. Ia harus terbuka lagi, meski aku masih belum tahu siapa nanti yang mengisi. Pokoknya, kemarin malam patah hati. Dengan dia, mau siapa lagi?

Kopi kedua kuseduh malam ini. Rasa pahitnya sama, karena aku masih kecewa. Kuteguk habis karena mataku segera ingin tak mengantuk. Panas memang, lidahku sampai nyaris melepuh. Yang penting malam ini aku tidak mungkin menemuimu.

Kopi kedua bertahan 2 jam. Aku menyeduh kopi ketiga, dan mataku tiba-tiba enggan terjaga. Kopi ketigaku dua porsi kopi dalam satu gelas tanpa gula atau krimer. Kubiarkan pahit, kubiarkan ampasnya teraduk jadi satu, agar aku terus-terusan terjaga. Aku tak pernah peduli berapa kofein yang kuteguk. Yang kutahu, aku butuh itu, dan aku tidak bisa berhenti untuk tidak meneguknya. 

Kalau malam ini harus menghabiskan stok kopi di dapur untuk bisa membuatku terus terjaga agar tidak bisa bertemu denganmu, aku akan melakukannya. Aku malas bertemu kamu, yang jelas-jelas selalu semu. Aku malas bertemu kamu, yang hanya berani datang dalam hidupku sebagai tamu. Aku malas bertemu kamu, orang yang tak pernah membuatku jemu.

Atau aku harus menunggu kamu menjelma menjadi makhluk yang nyata? Janjimu yang membuatku kecewa kemarin malam begitu, kan? Kau bilang akan datang membawakan nyata, tapi apa?

No comments:

Post a Comment