Sunday 6 July 2014

Keinginan yang Lain

Kalau boleh flashback, tahun 2013 kemarin saya dipertemukan dengan banyak orang-orang baru yang benar-benar heterogen. Ceritanya panjang. Mulai dari diberi kesempatan untuk mengikuti workshop Klasik Muda, sampai menjadi bagian dari Surabaya Youth Carnival 2013 sebagai Human Resource.

Dari orang-orang yang saya temui, banyak diantaranya memiliki ketertarikan yang sama : membawa sebuah perubahan kecil untuk Indonesia. Mulai dari volunteerfounder, co founder, yang mengikuti banyak summit, sampai orang yang sering berada di balik mereka semua. Dan alhamdulillah, saya mendapat banyak energi positif dari mereka semua.

Komunitasnya juga tidak kalah. Mulai dari yang bergerak di bidang sosial atau pendidikan, atau di bidang interest. Ada Kelas Inspirasi, Indonesian Youth Motion, Lendabook, GMSI, SCC, dan masih banyak lagi.

Saya mendukung gerakan mereka. Namun, dari keikutsertaan saya terhadap kegiatan mereka, bisa menerangkan kalau saya ini biasa saja terhadap mereka. Saya nyaris tidak pernah ikut serta dalam beberapa program yang mereka jalankan. Bukan tidak tertarik. Namun ada bidang lain yang membuat saya lebih tertarik : seni.

Ada seni memang dalam beberapa program mereka. Namun hanya sebagai pendukung atau penyokong saja. Tidak sebagai pergerakan utama. Saya bisa saja menjadi bagiannya ketika program itu dilaksanakan. Namun tetap saja : "Bukan karena tidak tertarik, melainkan ada bidang lain yang membuat saya lebih tertarik : jika pergerakan utama komunitas tersebut bergerak dalam bidang seni".

Saya suka seni. Sebagai penikmat, tentunya. Juga sebagai orang yang mempelajarinya. Saya suka dengan kesenian tradisional yang beragam di Indonesia. Juga kesenian yang sedang berkembang. Mulai dari ludruk, tari tradisional, ketoprak, wayang, wayang orang, tari kontemporer, lukis, fotografi, musik, sampai teater.

Untuk menikmati dan mempelajari, kecenderungan saya memilih kepada seni pertunjukan seperti tari dan teater. Sedang seni visual seperti lukis, fotografi, musik dan lainnya, saya memilih untuk menikmatinya saja sambil menjadi pengamat amatir. Hehe.

Karena kebanyakan mengamati seni pertunjukan, sering keluar gerakan-gerakan spontan dari tubuh saya. Seperti lambaian gemulai tangan pada tari jawa atau bali, gerakan-gerakan kepala, mendhak, beberapa gerakan pada wayang orang, sampai menirukan beberapa bahasa tubuh yang diciptakan oleh penyaji dalam sebuah seni pertunjukan.

Beberapa kawan saya juga pernah bertanya apakah saya pernah menempuh pendidikan non-formal dalam bidang menari. Tidak. Malah, saya orang yang tidak aktif dalam ekskul sekolah dalam bidang tari. Namun dulu ibu saya seorang penari. Ini bukan bakat yang diturunkan. Melainkan akibat dari saya menjadi pengamat amatir sebuah pertunjukan.

Kadang-kadang, saya memiliki keinginan untuk mempelajari seni tersebut. Bukan dari jalur formal, tentunya. Karena saya ingin mempelajarinya sebagai sarana untuk menghibur diri atau memperkaya ilmu untuk mengolah tubuh. Tapi jika formal adalah jalur yang juga mampu saya tempuh, kenapa tidak?

Saya yakin, orang tua saya tidak akan melarang selama saya tidak melupakan apa saja kewajiban saya sebagai anak, mahasiswa dan perempuan. Tapi, cita-cita dan keinginan tersebut selalu terkendala satu masalah klise : uang.

Baiklah, barangkali saya bisa mengajukan beasiswa atau menabung mulai sekarang. Jika menggunakan beasiswa, saya bahkan tidak memiliki sejarah atau prestasi sama sekali. Tapi jika menabung, waktu yang dikumpulkan tidaklah sebentar.

Atau semesta memilih cara lain? Misalnya, salah seorang teman menawarkan untuk mempelajarinya di sebuah sanggar yang baru saja ia dirikan. Ia hanya butuh massa untuk ia ajar.

Jika saya diperbolehkan bermimpi tentang hal ini, saya ingin diberi kesempatan untuk mempelajarinya (atau mengenalnya) sampai Eropa. Dimana kesenian-kesenian seperti teater, tari kontemporer dan sebagainya lahir. Saya ingin membandingkan dua tari tradisional dari Negara Indonesia dan Benua Eropa.

Lalu umurmu bagaimana? Umur hanyalah sebuah angka. Untuk menipunya, saya sudah mempelajarinya di jurusan Matematika. Hehe, abaikan.

Semoga keinginan ini terpelihara sampai selesainya pelaksanaan.
Semoga semesta mengamini dan mendukung.
Semoga Tuhan mengiyakan.

Aamiin..

No comments:

Post a Comment