Wednesday 2 March 2011

Gundah Gaulana

H-15. lima belas hari lagi.
apa yang saya lakukan? make a wish.

ya Allah, izinkan saya mendapatkan lelaki. amin.

sesederhana itu? yayaya.
mau apa lagi? yang aku pengenin cuma itu. pengen punya pacar. saya sudah bosan jomblo hampir delapan belas tahun. jombloooo itu nggak enak lho. suka envy sama orang yang pacarannya normal. kalo pacarannya nggak normal ngapain envy, ha?
well, pacaran normal dan tidak normal? itu sebenarnya tergantung saya. diselidiki dari gayanya sms, gayanya cerita di notes, gayanya RT2an di twitter, gayanya hang out, gayanya kayang (yang ini justru tidak)

terserah lah ya mau bagaimana. yang jelas, aku mau suatu hari kelak, pacarku adalah seseorang yang walaupun tidak ganteng, dia bisa memperlakukan aku layaknya aku ini wanita seperti ibunya :

dihormati, diberi kasih sayang. tidak secara bahasa. tapi secara tindakan. karena tindakan lebih penting.
tidak semena-mena dijamah. boleh menggenggam tanganku untuk meyakinkan aku ketika aku jatuh, atau melindungi aku di tengah keramaian dan itu membuktikan aku ini wanitanya. atau dicium ketika menambah keromantisme candle light dinner. menampik tanganku ketika aku mencoba membakarnya juga boleh. tapi tidak untuk mengarahkan tanganku untuk hal-hal yang seharusnya tidak aku lakukan.
mengacak-acak rambutku ketika dia gemas kepadaku. atau aku yang mengacak-acak rambutnya?
tidak memeluk tubuhku dengan kenafsuannya. tapi memelukku ketika saya memang benar-benar jatuh.

oke, mungkin aku tidak semulia ibunya. jauuuuh. tapi yang aku maksud disini adalah : jangan perlakukan saya seperti gadis murahan yang gampang dicomot, kemudian dikembalikan seenak jidatnya.

saya ini wanita.

yang saya mau adalah lelaki yang sederhana. tidak perlu harta, ketampanan yang menjadi-jadi. sederhana. ya, tidak jelek juga sih. enak dilihat. tidak perlu harta untuk memujiku dengan memberikan sebuah cincin berlian. cukup dengan membawaku ke tempat yang paling ia suka dengan membawa sepeda motornya yang boros yang berbunyi etek-etek yang selalu mogok di tengah jalan.

aku mau lelaki yang pintar. lelaki yang berwawasan luas. lelaki yang pergaulannya tidak hanya cafe, mall, foto elite dengan teman-temannya, mengagungkan mobilnya. tapi lelaki yang mungkin lebih suka mencari sampah, kemudian diolahnya menjadi sesuatu yang bukan sampah. ini kreatif. bukan pinter. pinter yang saya maksud adalah, dia pintar. bukan rangking kelas, kejurda, piala. tapi setidaknya dia tidak benar-benar bodoh.

itukah yang namanya sederhana? berpikiran muluk? terserah. saya cuma suka lelaki yang tidak menunjukkan posisi orangtuanya terhadap benda yang ia miliki. terserah kalo dia menunjukkan kebanggaannya terhadap bendanya yang ia beli dengan uangnya sendiri.

haha. mungkin pada akhirnya, cinta dapat menghapus semuanya. membutakan saya ketika saya memandangnya.

well, aku mau yang sederhana saja.

No comments:

Post a Comment