Monday 26 April 2010

Cinderella Jam Maghrib

seperti permintaan Tita(@titaaaaa), gue mosting cerita ini. haha selamat menikmati ya all.


Cinderella Jam Maghrib


Pagi yang cerah. Pagi ini dapat dirasakan oleh semua penghuni bumi. Tak terkecuali Rilly. Rilly sebenarnya ikut merasakan cerahnya pagi ini. Tapi ia tak menunjukkan kalau pagi ini bener-bener cerah seperti biasanya. Padahal, hari-hari sebelum hari ini ia selalu ceria walaupun pagi tak megitu cerah.

Dengan langkah gontai, ia memasuki gerbang menuju kelasnya. Tak seperti biasanya, ia selalu melangkah riang sambil menyanyikan lagu kesukaannya : Cuppy Cake dan menyapa kawan-kawannya walau kawannya tak kenal dengannya .

Pin yang tersemat di tas selempangnya tak tersentuh sama sekali. Padahal ia paling suka mengetuk-ngetuk pinnya dengan kuku-kukunya hingga seirama dengan lagu yang dimainkannya. Hari ini ia hanya berjalan malas sambil ngemut lollipop rasa stroberi dan bibir dimanyunkan.

“Kenape lu, Ril?” Tanya Raka, teman sebangkunya setelah Rilly duduk dibangkunya dengan tas yang masih terkait ditubuhnya. “Manyun mulu”, lanjutnya.

Mendengar ocehan sahabatnya, Rilly yang lagi super bad mood hanya menatap Raka lekat-lekat sambil lebih memanyunkan bibirnya dan dengan menghembuskan napasnya sekeras-kerasnya di depan muka Raka selama 5 detik dan kembali menatap lurus ke depan lelasnya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“Sumpah deh, Ril. Rillyku ini kenapa? Ada apa toh? Cerita… cerita”.

“Gue sebel, Ka. Sebel sama bokap gue. Masak ya, dia berani-beraninya nikah sambil berdiri di depan gue!!”

“Hah? Nikah sambil berdiri? Trend baru, Ril? Bokap lo keren, Ril!”

“Haha… goblog lo, Ka! Mana ada nikah sambil berdiri. Kalo kawinn…”, ujar Rilly tanpa meneruskan perkataanya dengan tawa lepasnya sambil mendorong pipi Raka, lalu kembali cemberut.

“…”

“Pokoknya gue sebel sama bokap gue! Gak usah tanya, deh kenapa. Dan lo uga gak usah tau. Gue sebel gara-gara bokap gue nikah lagi sama orang lain. Huh! Padahal gue gak mau lagi punya nyokap. Nyokap tenang gak yah disana?”

“Elonya juga goblog, Ril! Katanya tadi ogah cerita. Tapi elo malah kasih tau ke gue kenapa lo kayak bebek manyun. Bener-bener goblog nih anak.”

Mendengar itu, Rilly langsung membekap bibirnya sendiri dengan kedua tangannya sambil berkata, “emangnya iya, yah Ka? Kok gue gak nyadar sih?”

“Emang nyokap baru lo kayak gimana?”

“Gak tau gue kayak gimana nyokap baru gue. Mana dia bawa 2 anak kembar yang eneh juga. Satunya rambut kriting poni lurus, satunya rambut lurus poni kriting. Aneh banget pokoknya, Ka. Gue takut gue bakal tersiksa kayak Cinderella. Tapi karna nama gue Rilly, jadinya Cinderilly. Kan gak lucu, Ka. Trus abis gitu…”

Saking ribetnya Rilly ngomong, dan saking risihnya Raka dengerin, Raka pun pengusapkan telapak tangan Raka ke muka Rilly, sambil bilang, “Wala, Ril… nyerocos aja”, dan berlalu pergi sambil memainkan bola basket kesayangannya.

Tapi Raka berhenti di depan pintu. Berhenti memainkan bolanya, dan berkata lagi kepada Rilly, “Sabtu besok jangan lupa ke seventeen-annya Naya. Jam 4 sore di rumah gue. Awas kalo lo gak dateng”, lalu pergi dengan memainkan lagi bola basketnya.

Hah? Jam empat sore? Gue boleh dateng gak ya?, ujar Rilly dalam hati.


****


Dengan langkah yang tergesa-gesa, Rilly menuju tempat pesta Naya. Ruang tamu rumah Raka yang udah di rubah temanya menjadi cyan-pink. Mulai dari meja-meja tempat menghidangkan makanan, gorden, gazebo di taman belakang, poster yang terbuat dari kain sebagai pengganti buku tamu, hingga piring. Semuanya beraksen cyan-pink. Paduan warna yang Naya suka.

Mata tamu-tamu Naya langsung tertuju pada gadis yang berlari tergesa memasuki ruangan. Gadis itu berjalan hampir lari dengan mencermatkan matanya untuk mencari si empunya pesta. Gadis itu Rilly.

Naya ditemukan Rilly di dekat meja yang menyediakan dessert dan sedang mengobrol dengan temannya. Rilly mendekati Naya dengan berlari.

“Raka mana, Nay?” Tanya Rilly sambil mengatur napas.

“Kak Rilly! Raka ada di taman belakang. Nungguin kakak.”

“Nih, Nay, buat kamu”, ujar Rilly sambil menyodorkan kado yang dibungkus manis dengan kertas kado berwarna cyan-pink. Naya seneng ngeliatnya. “Met ulang tahun, ya, Nay”, lanjut Rilly sambil menyodorkan tangan kanannya dan disambut dengan tangan Naya.

“Makasih banget, Kak”, ujar naya sambil memeluk Rilly dengan tiba-tiba.

Naya melepaskan pelukannya, dan berkata, “Udah, kak. Raka nunggun di belakang”

Mendengar itu, Rilly berlari kebelakang. Mencari Raka di belakang. Seperti apa yang di ucapkan adek Raka, Naya. Dan menemukan Raka di tempat kesukaan Raka. Ayunan.

“Hai”, sapa Rilly saat berada di depan Raka yang sedang menunduk

Raka memakai setelan jaz biru gelap dengan kemeja warna biru cyan dan dasi biru tua yang agak berantakan. Celana jeans panjangnya dihiasi sabuk dengan gesper tengkorak senyum yang dikado Rilly 1,5 tahun lalu saat ia merayakan ultahnya yang ke 17 dan sepatu keds nike kesayangannya. Dan tak lupa kacamata yang baru pertama kali ia pakai disertai rambut cepak spike yang dibuatnya berantakan menambah pesona cowok ini.

Raka sedikit tersenyum melihat penampilan Rilly. Cantik, tapi simple. Tak ada banyak kemewahan yang tersemat ditubuhnya.

Ia mengenakan dress batik tanpa lengan berwarna coklat selutut dan memakai sepatu kanvas convers bertali kuning hitam kesayangannya. Rambutnya yang sebahu, hanya digerai rapi dengan jepit bunga yang dikado Raka 1 tahun lalu saat ia merayakan ulang tahunnya yang ke 17.

Keduanya tersenyum. Sedikit heran dengan penampilan yang lainnya.

“Sumpah. Lo cantik banget!! Lo Rilly ato setan??”

“Lo tetep ganteng”, mendengar pernyataan Rilly, Raka sumringah gak karuan. Tapi Rilly melanjutkan, “Garing gak bisa anteng. Hahah. Kena, Lo!!”. Keduanya tertawa.

Raka lalu menggandeng tangan Rilly dan mengajaknya berdansa di Ruang tempat diadakannya pesta. Rilly hanya tertunduk, tersenyum, dan mengikuti apa yang Raka Lakukan kepadanya.

Musik jazz yang tadi mengalun nyaman di telinga Rilly sekarang diganti dengan musik slow atas permintaan Raka kepada pengiring music. Tersenyum. Ia setuju dengan musik yang dimainkan mereka sekarang dan menarik Rilly ketengah-tengah. Mengajaknya berdansa.

Rilly yang tahu Raka gak bisa dansa, hanya tersenyum sambil melingkarkan tangan Raka di pinggangnya, dan melingkarkan tangannya ke belakang leher Raka. Mereka sangat dekat. Hingga dapat terdengar degupan jantung yang sangat keras satu sama lain.

“Ikuti aku aja. Nggak sulit. Cuma kekanan sama kekiri”, bisik Rilly kepada Raka yang hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Dan mereka terlarut dalam lagu yang dimainkan.

Tak selang lama, seorang lelaki baya memberhentikan dansaan mereka, dan membisikkan kepada Raka yang terdengar oleh Rilly, “Maaf, Den. Udah mau maghrib. Temen ceweknya aden mungkin mau shalat. Aden juga”.

Dengan amat ramah, Raka tersenyum kepada lelaki itu dan mengangguk. Mengiyakan maksud darinya.

“Sori, Ka. Gue musti go home”, ujar Rilly yang stand by mau lari setelah laki-laki itu berlalu pergi.

“Lho, kenapa, Ril?” Tanya Raka kepadaRilly yang udah berlalu pergi. Raka pun mengejarnya.

Rilly lari melewati tamu-tamu Naya. Semua tamu-tamu Naya matanya tertuju pada gadis yang sama dengan yang tadi mereka lihat.

Cewek ini pelari yah? Dari tadi heboh sendiri, mungkin itu yang ada dibenak mereka saat mereka melihat Rilly berlari lagi keluar dari ruangan pesta.

“Gue kudu cabut pokoknya, Ka.”ujar Rilly saat akan berjalan memasuki tempat parkir di halaman Raka yang super luas itu.

“Yah elo jelasin dulu, dong ke gue. Apa alesan elo cabut duluan acaranya belom selese. Nanti kita ada ajojing bareng”, ujar Raka mencoba menyamai langkah Rilly.

Raka menghentikan langkahnya saat mereka berdua sampai di tempat parkir. Rilly memasu ia bersandar di depan mobil di dekatnya. Menagtur napasnya. Menunggu Rilly keluar dengan kendarannya.

Tak selang lama, Rilly berhenti di depan Raka dengan kendaraannya. Raka kaget karena Rilly yang di depannya berhenti dengan menaiki sepeda polygon besar. Bukan mobill Honda jazz cyannya.

“Raka, gue pulang duluan soalnya ibu tiri baru gue ngelarang gue pulang sebelum maghrib. Sorry. Tadi kadonya udah gue kasih ke Naya langsung.”

“Kenapa?? Takut sihir lo ilang?”, canda Raka. Tapi Rilly tak menggubris.

“Gue boleh keluar. Tapi kalo pas maghrib, gue kudu pulang. Shalat. Ibu tiri gue ustadzah. Suka ceramah kalo kalo gue gak solat.”

“Kan lo bisa pinjem mukenanya Naya.”

“Gue kudu shalat di rumah.”

“Trus kenapa lo pake sepedah? Mobil lo kemana?”

“Nyokap tiri baru gue duta lingkungan. Karna rumah kita deketan, gue disuruh naek sepeda ini. Katanya, global warming. Yaudah, gue nurut. Dari pad ague gakl dating ke acara adek lo? Gw cabut!” ujarnya sambil mengayuh sepedahnya keluar dari halaman rumah Raka.

“Rilly!” teriak Raka saat Rilly akan melewati gerbang. Rilly menoleh.

“Bener apa yang elo kata. Elo Cinderilly! Cinderilly jem maghrib! Hahah…” teriak Raka sambil ketawa.

Rilly tersenyum, lau berlalu pergi. Pulang. Go home. Cabut.

Cinderilly jam maghrib? Nice nick!, gumamRilly dalam hati.



gimana gimana? bagus gak? heheh silahkan di comment ya :))

--

oh iya, gue mau bilang kalo gue L-U-L-U-S.
seneng? oh iyaa dong pasti senengnya. apa lagi sekolah gue LULUS 100 persen!! haha. dan sekolah gue lulusan SMK terbaik se-Surabaya. dan salah satu SMK Surabaya yang masuk bih five se-Jatim!! akakaka. BUANGGA DONG DUE.

eh tapi, gue nggak langsung seneng seratus persen dong. masih ada SNMPTN mameeen. doain tekkim ITS ya all.

haha, fielen dank :))

dan nggak lupa dong jangan lupa...
jangan lupa follow twitter gue @junitodong. i'll wait it :))

1 comment: