Wednesday 5 August 2015

Tentang Mimpi

Saya pernah bercerita tentang mimpi saya. Barangkali kalian telah lupa. Maka, saya ingatkan kembali. Bukan bermaksud pamer, Hanya ingin mengajak kalian untuk bermimpi kembali.

Mimpi saya kali ini tentang menari. Menari. Bukan menjadi penari. Apalagi yang pro. Jauh dari itu. Sesederhananya, saya pingin belajar menari. Apalagi yang tradisional. Saya pernah menceritakannya disini.

Ceritanya, Mei lalu, saya diberi tawaran untuk menjadi salah satu peserta Festival Tari Yosakoi 2015 yang terhimpun dalam sebuah tim dari sebuah sanggar milik kawan mengajar ibuku. Saya tentu saja mengiyakan. Sebetulnya, saya sudah menjadi salah satu partisipan juga di tim dari ITS Surabaya. Tetapi karena alasan tidak cocok latihan disana, saya memutuskan untuk berhenti berlatih disana. Tak lama setelah keputusan itu saya ambil, tawaran itu datang.

Sebelum puasa, saya hanya berlatih selama 2-3 kali. Padahal, latihan yang diadakan harusnya sudah sampai 4-5 kali. Selama puasa pun, latihan terhenti. Tentu saja saya sudah melewatkan banyak gerakan.

Sekitar tanggal 22-24 Agustus, saya mendapat kabar bahwasanya Festival diadakan pada tanggal 2 Agustus, dan saya diminta latihan selama seminggu yaitu tanggal 27 Juli sampai 1 Agustus setiap selesai maghrib. Tantangan yang cukup luar biasa.

Terakhir menari sekitar awal Mei 2013. Hampir 2 tahun tidak menari. Takut saja badan ini kaku kaku. Meski selama 2 tahun tersebut saya tak berhenti melatih tubuh saya untuk bergerak dengan ritme randomly.

Akhirnya, dengan banyak halangan dari mulai kekurangan orang karena kawan saya yang semula memutuskan ikut lantas mundur di tengah jalan sampai telat registrasi ulang ketika Gladi Resik, kami pun nekat untuk tampil di festival tersebut. Ya, berbekal nekat dan tak matang hapal gerakan.

Megang naruko kayak yang gak mau dilepas.
Apalagi kamu, Mas.
Hasilnya? Kami pulang gak bawa apa-apa. Cuma tertawa saja karena sudah siap. Tapi saya mendapatkan benda ini :


Target saya. Kesampaian. Cuma 3 medali yang diberikan kepada 3 peserta terbaik di masing-masing tim. Katanya, katanya saya yang paling girang, bahagia, dan gak peduli gerakan salah. Padahal, aslinya kalo gerakan salah itu parah banget penampilannya.

And, guess what?
Saya ditawari nari di sanggar.


No comments:

Post a Comment