Monday 4 July 2011

Kakek

Tak ada foto.
Tak ada kenangan.
Tak ada cerita.
Tak ada rupa.
Tapi rindu bergejolak.

Kakek, meski dunia ini bisa ku taklukkan, tapi kalau aku belum merasakan gendonganmu, atau aroma minyak nyong-nyong yang selalu dipakai setiap akan berangkat shalat Jum'at, aku masih gadis kecil yang belum bisa berjalan.
Dimanapun kakek berada, terimakasih telah mencintai uti. Aku begitu sering mendengar pujian yang tertata rapih dari bibir yang tak lagi merah itu tentang kakek.
Kakek, aku gadis kecilmu. Kalau saja aku bisa membuat waktu, aku akan mengembalikan umur kakek dan umurku menjadi lebih muda 17 tahun. Asal aku bisa digendong, dikudang, dimanja. Tapi tidak, ini realita. Cukup mencium punggung tangan kakek dan tahu bagaimana kakek tertawa, itu sudah cukup.
Oh iya, kek. Cucumu yang satu ini tidak cuma bisa masuk Sekesal, tapi juga masuk ITS jalur SNMPTN. Bukannya nyombong atau gimana, tapi cucumu yang satu ini 'berbeda' dengan cucu2 kakek di sana. Dan sedang menyelesaikan novel perdananya. Hihi, kalau aku melakukannya bersama kakek, mungkin aku bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Jadi, kalau novel ecek-ecekku sudah terbit, halaman persembahan akan aku tulis :
Seseorang yang tak pernah ditemui tapi begitu dirindukan.
Kakek.
Iloveyou

2 comments:

  1. :)

    kakek kamu selalu merhatiin kamu dr sana kok, jun...

    percaya deh ;)

    ReplyDelete
  2. kakek bukan 'disana' kakek di rumahnya di mojokerto. beliau masih hidup mbak :DD

    ReplyDelete