Thursday 18 August 2011

Kepada Senja yang Terhormat

Senja, aku tahu kau tak pernah sama di setiap waktu. Itu yang membuatku merindu dan pada akhirnya membuatku ragu akan kehadiranmu esok. Senja, ya, aku rindu. Padamu. Terlebih pada oranye-ungumu yang tak pernah dibenarkan ketika aku menggambar langit saat umurku masih berada di sekolah dasar.
Senja, aku jatuh cinta. Kepada dia yang menjadikanmu cinta keduanya setelah wanitanya. Tenang, senja. Aku masih mencintaimu. Belum ada lelaki yang menghadiahkanku sepotong langitmu yang lain. Jadi, kau masih tetap satu yang kucintai.
Kau bukan sesuatu yang menjadi akhir, asal kau tahu. Kau bahkan awal. Awal dari sajak yang baru masih akan tercipta. Kau selalu menghadiahkan satuan waktu bernama diam, kemudian rindu. Sesuatu yang tak tertata, tapi pasti. Entah apa itu namanya.
Ah, aku tak tahu bagaimana aku menyusun kata-kataku tentang kau. Pada dasarnya, ada sebuah kepastian. Aku mencintaimu, dan aku jatuh cinta kepadanya, senja. Seseorang yang juga mencintaimu.
Senja, pintaku, temukan kami pada sebuah cerita.

Penikmatmu.

No comments:

Post a Comment