Wednesday 15 June 2011

Go A Head edisi Manusia Blur

Tau iklan rokok yang Go A Head yang manusia blur nggak? Pasti pertama kali lihat, mungkin kalian pikir “Ini iklan apaan sih” atau cuma bilang “hah?” dan yang pada intinya kalian nggak ngeh sama iklannya. Sama. Aku juga. Tapi, setelah iklan ini sering diputer dan dengan ending si manusia blur itu nggak blur lagi, aku jadi penasaran. Sepertinya memang ada artinya. Jadi, aku disni nyoba mengartikan iklan itu menurut pemikiranku. Enjoy..

--

Manusia kribo blur. Di iklan itu, rasanya hidupnya gitu-gitu aja. Blur. Nggak ada artinya, nggak jelas, dan mungkin nggak dianggep.

Di bus, dia sendirian. Oke, sebagai awal iklan, mungkin ini sebagai pertanyaan. Kenapa manusia ini blur? Cuma sampai disitu. Aku yakin nggak ada pertanyaan ‘kenapa dia naik bus sendirian?’. Ya karena naik bus nggak perlu rame-rame, kan? Tapi disitu dia ngelihatin tangannya yang blur. Mungkin ini menunjukkan kalo iklan ini pengen ngelihatin si manusia blur. Dan sedikit pertanyaan ‘kenapa dia blur?’

Scene berikutnya. Pas dia papasan sama cewe yang matanya lihat ke depan, dan dia harus mepet ke mobil. Disini juga masih nunjukin kalo dia nggak dianggep. Biasanya, kalo ada dua orang yang berjalan berlawanan arah, dan mata dari keduanya lurus, salah satu atau bahkan keduanya beralih ke arah lain. Logikanya, si cewek nggak mungkin minggir ke mobil. Arah jalannya pasti jadi menjauh dari mobil, kan? Ini berarti, si cewek nggak perduli dengan apapun yang terjadi dengan manusia blur itu.

Benerin taplak meja. Sepele. Mungkin dari sini bisa dilihat kalo pas udah nggak ada kerjaan yang dikerjain. Dan seharusnya dia sama temen-temennya ngobrol-ngobrol ––meski nggak jelas apa yang diomongin. Bukan benerin taplak atau benerin letak meja atau semacamnya yang nggak jelas kaya gitu dan terasa kurang kerjaan.

Mbersihin mobil atau benerin ya yang dia jongkok megang-megang pintu mobilnya? Entahlah. Yang penting disini aku nangkepnya dia masih ‘sendirian’. Bayangin aja. Itu mobil kuno, dan dia masih muda. Seharusnya seru banget kalo bahas otomotif dan ngotak-ngatik benda kuno itu bareng teman-tamannya. Dan kayaknya itu seru banget. Kalo dia nggak punya duit buat ngutak-ngatik benda itu, seenggaknya ada temennya yang excited banget sama benda kuno, dan selalu suka membahasnya.

Di sebuah ruang, di sofa panjang, dia duduk sendirian. Disini aku juga nangkep ‘sendiri’-nya manusia blur ini. Ada dua pertanyaan : dia ngekost atau ngontrak sama temen-temennya, atau dia lagi dirumah sendiri. Kalo malem itu malem minggu, rasanya gimana gitu ya nggak ada temen yang ngajak dia keluar, nggak ada keluarga yang ngajak ngobrol seru. Dan pada intinya, malam itu dia duduk sendiri. Nggak ada temen.

Di kamar mandi. Sendirian(yang ini nggak mungkin rame-rame), dan menggosok tangan kirinya. Mungkin dalam pikirannya dipertanyakan “Kok aku blur, sih?” dan dalam bahasa lugasnya, pertanyaannya seperti ini “Aku hidup jelas gak, sih? Aku hidup terus kenapa?” dan sekitar itu. Nggak dianggep. Dan dia nggak nanggep hidupnya itu seperti apa. Oke, beberapa kalimat mungkin sedikit labil kayak ababil, tapi, di sisi lainnya, dia ngerasa hidupnya gitu-gitu aja. Blur. Ngeh? Oke, lanjut.

Ikan hiu. Bahkan ikan hiu pun nggak memeberi ‘sesuatu’ buat dia. Padahal ikan hiu itu tidak suka keramaian. Aneh, kan? (yang ini sotoy) singkatnya gini : Kenapa dia ke sea world sendirian? Nggak asyik banget kan nggak rame-rame? Dan ikan, ya ikan, IKAN, nggak bisa nganggepp dia. Dia Cuma bayangan hitam mirip korek. Tak berbau darah.

Scene pas di sebuah ruangan, kayak ada forum gitu. Perhatiin deh yang berdiri. Yang mimpin diskusi itu. Gimana ngadepnya? Membelakangi manusia blur. Disitu, posisinya manusia blur ngerasa nggak dianggep kalo ada di situ. Dia merhatiin, dan yang lainnya juga merhatiin. Yang mimpin diskusi itu juga menggerakkan tubuhnya. Ini berarti, manusia blur itu sebenernya keliatan, tapi nggak dianggep.

Pas dilihatin sama orang aneh (aku nggak tau ini cewek apa cowok) yang kumisan dan pake dress, dan pandangannya itu bilang yang intinya manusia blur ini ‘apa banget’, nggak normal. Istilah singkatnya ‘eh, orang ini’. Dan sampe mau masuk pun, manusia aneh itu masih ngelihatin si manusia blur. Berasa dia nggak aneh aja, ckck.

Di bar(scene yang ini nggak ada di iklan yang baru), kenapa dia sendirian? Entahlah. Logikanya, nggak mungkin banget main di bar kayak begituan sendirian. Kan nggak seru asyik-asyikan gitu sendiri nggak ada temen. Jadi, intinya bisa aja dia nggak bisa dapet temen buat diajak ke tempat begituan. Bukan karena dari sudut pandang ‘negatif’ dari tempat ini lho ya. Dilihat aja gimana dia pengen ngajak beberapa temennya buat seru-seruan. Oke, memang sendirian bisa ke tempat seperti itu. Disana mungkin ada beberapa orang nggak kenal yang ngajak turun buat nikmatin lagu dan bergoyang. Tapi nyatanya? Nggak ada. Dan gimana minumannya? Apakah selalu penuh karena tawaran bartender untuk mengisinya lagi? Kalo yang ini aku nggak tau. Haha :p

Tidur di kamar. Dia mikir. “Segitukah gue? Nggak dianggep, dianggep aneh. Gue gini-gini aja. Hidup gue blur. Nggak jelas” berkedip, dan sepertinya memutuskan ke sebuah tempat.

Pameran lukisan. Dia masuk, dan bertemu dengan cewek aneh nari-nari niup trompet pake kacamata 3D. ngelihatin dia dengan penuh tanya, kemudian memberhentikan permainan trompetnya, melepas kacamatanya, menjulurkan tangannya, dan tersenyum. Kenalan. Mana mungkin si manusia blur menolak seseorang untuk pengen ‘mengenalnya’? Sekalipun itu cewek aneh.

Scene-scene berikutnya sudah membuat kita tersenyum. Pas di café, si cewek aneh menceritakan beberapa hal yang seru. Hingga pada akhirnya kita ditunjukkan bahwa dalam ‘dimensi’ si cewek (dimensi bukan 3D, karena dia make kacamata 3D), dalam kacamatanya, si cowok ini ‘terlihat’. Semakin bingung? Oke, lanjut aja.

Lompat-lompat di matras. Ketawa gulung-gulung seru main bowling. Lihat bintang. Ngebikin hidup si manusia blur ini lebih berwarna. Lebih ada sesuatu dari biasanya. Siapa yang nggak seneng? Siapa yang nggak seneng kalau ada seseorang yang membuat hidup kita lebih greget dari biasanya?

Dan pada akhirnya, manusia itu bangun tidur di atas kap mobil, dia sudah melihat dirinya tidak blur lagi. Ini pasti karena cewek aneh kacamata 3D. Seharusnya dia berterimakasih dengan cewek itu. Tapi apa? Cewek itu cuma ninggalin kacamatanya. Dia (cewek kacamata 3D) ngelihat ‘dimensi’ kita ini dengan kacamata 3Dnya. Dan kita tahu bahwa dengan kacamata 3D, sebuah film akan lebih seru (lupakan 4D dan 5D. kita bicara yang sederhana). Mungkin dipikirannya, ‘dimensi’ kita belum seru, dan dia memakai kacamata 3D agar terlihat seru, dan ketika kita diberi kesempatan untuk melihat si manusia blur dengan kacamatanya, manusia itu terlihat.

Dan dari back soundnya, dari awal cuma instrumen yang mengalun rendah, kemudian mati, dan hanya seperti itu. Tapi setelah bertemu dengan cewek itu? Back sound jadi full. Merendah, tapi tidak hilang. Seperti menegaskan bahwa hidup manusia ini tidak lagi sunyi seperti sebelumnya

Jadi, teman2 yang ngerasa hidupnya ‘nggak berarti’, nggak usah bilang ‘aku hidup buat apa sih?’ atau ‘apa sih artinya hidupku?’. Hello, itu sudah nggak usum. Mungkin ada beberapa manusia di luar sana yang memandangmu dengan ‘kacamata’ sendiri dan sanggup melihatmu meski tanpa kacamata. Dan suatu hari kelak, percayalah dia yang akan membuat hidupmu lebih berwarna, lebih berarti, meski dia jelek sekalipun, aneh, atau beberapa predikat yang tidak manusiawi lainnya. Tapi predikat itu untuk apa? Yang terpenting adalah dia sudah membuat hidupmu tidak ‘blur’ lagi. Dia sudah membuat warna lain. Dan ingat, jika kau sudah menemukannya, jangan sia-sia kan dia, atau lengah, untuk membuatnya pergi, dan meninggalkan penyesalan. Yang belum menemukan, tetap sabar, masih ada manusia yang memandangmu dengan kacamata lainnya yang sudah ada sebelum kau ada dan memang hanya untukmu : keluarga. Jangan sia-siakan keberadaan mereka J

Rahmadana Junita, 15 Juni 2011

1 comment: