Tuesday, 28 July 2015

Aren

Aren. Begitu yang kudengar dari mulutnya ketika pertemuan pertama kami di sebuah bukit kecil di belakang gedung besar. Dia lelaki paling pendiam dan paling menyenangkan yang pernah kutemui. Oh-aku belum pernah bertemu dan berkenalan dengan lelaki sebelumnya. Pantas saja.

Di atas bukit yang sama, kami sering duduk bersama, menghabiskan hari dengan cerita-cerita. Cerita-ceritaku. Ia hanya diam, menggumam, dan menggambar. Selesai pertemuan, ia selalu memberikan kertas gambarnya kepadaku. Sebagai dokumentasi atas ceritaku, katanya. Agar aku tak mengulang cerita yang sama pada hari-hari setelahnya.

Tak jarang, kami hanya berdiam. Duduk berdua. Tidak memikirkan apa-apa. Lalu selesai begitu saja.

Kalau ia tak sedang membawa buku gambarnya, yang ia lakukan hanya mengamatiku bertingkah dan mengangguk. Tanpa bersuara. Barangkali cuma menggumam. Tak pernah bertanya bahkan membantah tak setuju.


Aku tak pernah bertemu lelaki seperti dia. Aku memang tak pernah bertemu dengannya.

-- rahamnita, 2015