Tuesday 25 October 2011

Planet Imajiner

Pernah mendengar keberadaan planet tersebut? Planet Imajiner. Saya menanyakan keberadaannya. Bukan letaknya. Oke, kalau kalian pernah mendengar nama planet ini, kuberi tahu kalian tentang letaknya. Saya sendiri tidak tahu dimana letak pastinya. Yang pasti, letak planet ini bukan di galaksi bima sakti atau galaksi-galaksi lainnya.
Trus dimana?
Hm.. Saya tidak menjelaskan dimana orbit planet indah ini berputar. Tapi saya akan menceritakan dimana kalian bisa melihat, menemukan, atau sekedar mampir ke planet ini. Ohya, mungkin kalian pernah berpijak pada planet ini.
Mulai penasaran? Bagus. Semakin kalian penasaran, semakin cepat perjalanan ini dimulai.
Perjalanan sebenarnya sudah dimulai sejak tadi. Perjalanan dimulai ketika kalian membubuhkan tanda tanya pada otak kalian ketika membaca sebagian kalimat-kalimat awal saya. Dan semakin kesini, salah satu sudut pada tubuh kalian sudah berpijak pada planet ini. Bukan kaki.
Planet Imajiner. Musuhnya planet Real. Ya, seluruh makhluk bumi sebenarnya berasal dari 2 planet tersebut. Makhluk planet Real memiliki hukum "Planet Imajiner itu tidak ada". Jadi, tak ada satupun makhluk planet Real berpijak pada salah satu sisi planet Imajiner. Sebaliknya, makhluk planet Imajiner membebaskan makhluknya sendiri untuk menganggap planet Real seperti apa. Karena Imajiner memiliki 'bebas'.
Saya sendiri lahir di planet Imajiner. Sejak kecil hidup disini. Meski dengan tubuh yang berada di planet Bumi, saya seutuhnya berada di planet Imajiner. Meski sesekali berada di planet Real, jujur, saya lebih senang berada di kampung halaman saya sendiri. Planet Imajiner.
Seperti yang saya bilang tadi, Imajiner ini 'bebas'. Dimana kalian menempati tempat kalian sendiri. Kalian disini BEBAS. Planet ini menyerahkan segala sudutnya untuk kalian. Planet Imajiner juga berkata tentang mimpi. Di planet ini lah kalian meletakkan mimpi kalian. Sesekali, kalian mainkan agar mimpi tersebut bisa berada di planet Real.
Kenapa makhluk asli planet Real membenci segala isi, segala paham, dan segala-galanya tentang planet Imajiner? Saya jelaskan : makhluk asli planet Real hanya berjalan. Berjalan tentang hidup. Berjalan pada jalan lurus. Otak mereka terbatasi tentang planet mereka.
Tapi, makhluk asli planet Real tidak tahu menahu tentang keputusasaan temannya sendiri. Dan makhluk asli planet Imajiner akan mengajak Makhluk-makhluk planet Real lemah. Planet Real itu suram, pengap, sempit, dihiasi hitam.
Planet Imajiner? Luas. BEBAS.
Bagaimana hidup saya di Planet Imajiner? BEBAS. Di planet imajiner, saya ini seorang gadis dengan ide-ide briliannya untuk dibagikan kepada makhluk asli planet Imajiner yang sedang berada di planet Real yang masih belum ada waktu untuk pulang ke rumah. Mereka terkekang. Saya sangat ingin membebaskan mereka, mengajak mereka kembali ke planetnya. Tapi, lingkungan di planet Real tidak memungkinkan.
Di planet ini, saya memiliki teman untuk berbagi. Namanya Jin. Diambil dari penggalan nama planet ini, Imajiner. Dan diambil dari sebuah hal yang tidak dipercaya oleh makhluk asli planet Real, imajinasi. Bagaimana bentuk fisiknya? Oh, hanya saya yang tahu.
Disini, di planet Imajiner, meski satu sama lain tidak saling mengenal, kami merasa dekat. Mengapa? Karena kami merasa berada pada pijakan yang sama. Kami memiliki kebebasan yang selevel meski kebebasan kami tidak sama.
Yang paling saya kagumi dari makhluk-makhluk asli dari planet ini adalah : sebagian mereka yang memilih berada di planet ini mulai awal umur mereka dimulai hingga nisan mencatat umur mereka, mereka tetap berada di sini. Mereka hanya meletakkan mimpi yang sudah terbentuk di planet Imajiner ke planet Real, kemudian kembali lagi ke planet asal mereka.
Saya sendiri.. saya sekarang berada di planet Real. Pulang pergi planet Real-Imajiner. Jujur, saya kangen planet Imajiner. Kangen sama Jin lebih tepatnya. Tapi ada sedikit kelegaan karena telah bersapaan sebentar dengan planet yang mirip langit sore ini.
Jadi, sedang berada dimana kalian? Kalian makhluk asli planet mana? Apa kalian sedang di planet Real dan ingin kembali ke planet Imajiner? Ayo, cepat balik ke planet Imajiner, para makhluk asli. Kalian tahu, kan, bagaimana ada sebuah pesta ketika kalian kembali kepada planet Imajiner?
Planet Imajiner. Bebas.

**

Rahmadana Junita.
25 Oktober 2011.
Surabaya, 25 Mytober 2011. 8:49 AM.
Kangen Imajiner :(( beserta teman-temannya.

Thursday 20 October 2011

Doa

Tuhan, untuk sore kali ini saja, percepat pengabulan do'aku.
Sungguh, aku menginginkan itu.
Sederhana saja, Tuhan.
Hadirkan Hujan.
Hadirkan Senja.
Hadirkan Dia.

Saturday 15 October 2011

Abu

Langit sedang sendu.
Lukisannya tak lagi sama.
Sembuaratnya hilang.
Gradasinya memudar.
Oranye berdalih.

Malam itu.
Garis keraguan diantaranya kini mulai jelas.
Debaran mulai membahana.
Menarikan tiap-tiap helaian hijau.
Dan menjadikan tumpuan hingar.

Aku meraja.
Menguasai.

Detik menginjak pusaran waktu.
Kelabumu.
Butiran air.
Lentera-lentera pecah.
Menarik semua kesyahduan.

Langit sedang abu-abu.

Tuesday 11 October 2011

Bedakan

Setelah melakukan sebuah percakapan yang salah, salah seorang temen saya bilang, "Bedakan dong tipe-tipe orang yang nggak pacaran disebabkan oleh apa aja."
Dia berbisik kepada temennya. Aku menelan ludah. Kemudian, dia melanjutkan
"Bisa dibedakan kok mana orang yang nggak pacaran karena prinsipnya nggak mau pacaran, yang nggak pacaran karena dia ngerasa aja nggak sreg, atau yang nggak pacaran karena nggak laku."
All is well.

Saturday 1 October 2011

Semesta

Semesta yang terjaga. Jangan dirimu.
Rindu tak pernah mengiyakan pintaku. Kau. Kepada sebuah garis yang dihubungkan diantara sela-sela jemari reruntuhan kalimat. Tidak menikmati batasan dan menyembunyikan prasangka liar.
Detakan waktu menampar setiap kepingan-kepingan kedahsyatan gemintang. Itu langit kita. Bagaimana kita menatap, menghitung lemparan cahaya dari gemintang, menggarisi rasi, atau memintanya tetap ada untuk kita permainkan.
Kau mendengar itu? Kau mendengar bagaimana ombak meledak dalam lapisan yang menaungi jiwaku? Menggelenglah, karena aku tahu itu kau. Biarkan dia saja yang berdebar, dia saja yang merasa, dan dia saja yang mengutuki senyum. Kau bisa saja menarik tali penghantar ruh. Kau bisa saja mengetuk lapisannya. Tapi, ingatlah, telingamu tak berkuasa.
Hujan tetap bergemerincing ria menjatuhkan air dari gumulan-gumulan kapas redup, menjatuhkan kenangan yang jelas-jelas tidak hidup. Atau daun mengikuti kemana angin meniupnya, mengokohkan sisanya. Atau bahkan petir yang menggores langit bisa mengerti kehendak pada gejolak mereka sendiri. Tapi tidak satupun dari mereka tahu. Aku juga.
Aku tahu tintamu. Aku tahu goresanmu. Aku tahu sudut yang tercipta. Aku tahu kertas kosong yang kau bubuhi titik-titik itu. Aku tahu garismu. Aku tahu pelangimu. Aku tahu warna pelangimu sendiri. Aku tahu langit yang kau arsir. Aku tahu tanah yang kau tumbuk dengan napasmu. Aku tahu. Aku tahu itu hebat.
Semesta membutuhkanmu. Aku tahu. Semesta tidak beristirahat. Aku tahu. Semesta menaungimu, dan kau hidup untuk semesta. Aku tidak mengerti.
Bagaimana benar, bagaimana salah, semesta tetap semesta. Besar, melindungi napasmu, menjaga nadimu, menggores senyummu, menata kenikmatanmu, merencanakan kedipan matamu, mengarahkan gerakmu, bahkan mendalangi fragmen partikel yang menyelubungi kita. Semesta ada. Kau juga. Aku yakin.
Tanpa semesta, kau tak ada, aku tak ada. Kau tak perlu menyanyikan nina bobo untuk menidurkannya agar mau menemanimu. Karena makhluk lain hidup dalam semesta. Kita milik semesta, kau milikku.
Kau, beristirahatlah. Tidur dalam sulaman benang yang terenda rapi mengelilingi batas. Kecup atmosfer yang mengizinkanmu berlindung di dalamnya. Berikan senyum kepadaku sebagai janji aku akan menjumpai senyum itu esok. Selamat tidur.

Rahmadana Junita. Surabaya, 1 Oktober 2011. 00:00. Selamat datang Oktober. Er, Yourtober.