Saturday 29 December 2012

Tentang 5cm

5cm. (nyaris) Semua orang membicarakannya. Mulai novelnya yang dapet penghargaan goodreads dan menginspirasi banget, sampai filmnya yang sudah menganak pinak. Istilah mudanya, 5cm sedang in. Meski sayangnya, nggak semua penikmat film berpikiran 'bagus' terhadap filmnya. Okelah, bisa dimaklumi karena pandangan dan selera seseorang itu berbeda. 

Beberapa temen saya yang excited dengan bukunya, juga excited dengan filmnya, kemudian langsung pingin naik ke Mahameru. Ada juga yang belum baca bukunya, udah nonton, kemudian pingin baca bukunya. Malah ada yang menyarankan jangan nonton filmnya, karena filmnya biasa aja. Macem-macem

Dan ada yang cuma excited dengan bukunya saja, sedangkan filmnya biasa aja. Golongan ini salah satunya adalah saya. Eh, tapi bukan berarti filmnya jelek lhooo. Kenapa? Kalau versi saya sih ya, dimana-mana, buku itu pasti lebih bagus daripada film atau visualnya. Karena, ketika kita baca buku, imajinasi kita luas. Berbeda dengan lihat film atau visualisasinya. Pasti tercetak dengan tangan tim produksi dalam film tersebut. Kalau saya sih, mikirnya begitu.

Pertama kali baca novel ini sekitar awal tahun 2011. Belinya pun setelah gajian (Karena saya sudah kecanduan sekali kalau punya uang arah konsumtifnya itu selalu ke buku. Baik, kan?). Setelah baca novelnya, overall bagus. Banget. Inget deh saya bacanya sampai jam 3 pagi, sedangkan paginya harus kerja :p. 

Meski sayangnya, kebanyakan dialog. Apalagi beberapa dialognya ada yang 'tidak diketahui tuannya'. Maksudnya, kalimat itu nggak tahu siapa yang ngomong. Karena nggak ada keterangan namanya, sih. Kemudian, ketika bagian narasi, menurut saya paragrafnya terlalu berlebih. Panjaaaaaaang baaaaanget.

Tapi, kan dari awal saya sudah bilang kalau novel ini bagus. Banget. Banyak alasan sih. Apa aja?
  1. Ada lagunya Sinikini yang Dan Senyumlah. Dalam buku 5cm, ditulis di halaman 260. Ini alasan paling pertama, paling utama. Belum ada lagu yang dahsyatnya bisa mengalahkan lagu ini. Dan lagu paling dahsyat ini, masuk buku 5cm.
  2. Banyak lagu kerennya. Beberapa lagunya sih saya tahu. Apalagi, nggak sengaja, akhir-akhir ini playlist baru saya semua masuk di buku ini :p Masih di halaman 260 juga, ada Utha Likumahuwa - Esok Kan Masih Ada.
  3. Zafran, Juple. My favorite character, benar-benar karakter favorit saya. Di otak saya, begitu nama Zafran tercetak, gambaran fisiknya mirip dengan.. Zuko. Dan, dalam filmnya, abang saya yang meranin. Junot.
  4. Deniek, pendaki yang ketemu di jip, yang suka fotografi, yang akhirnya di dalam bukunya menikah dengan Dinda, adalah mahasiswa ITS. Halaman 209. Katanya, dia dari Surabaya, kemudian menyebutkan salah satu kampus teknologi terkenal di Surabaya. Apa lagi kalau bukan ITS? :) Tapi, kalau itu diambil dari kisah nyata, berarti yang di Arcopodo..
  5. Banyak ilmu yang sebelumnya saya nggak tahu. Beberapa hitungan fisika, sejarah, film, musik, politik, peristiwa reformasi, dan macem-macem. Dan cerdasnya, penulis merangkumnya dalam bentuk fiksi yang enak untuk dikonsumsi, sebelum pada akhirnya pembaca (dalam hal ini adalah saya) bisa menumbuhkan rasa keingintahuan sehingga terciptalah beberapa pekerjaan seperti searching atau mencari tahu. Kalimat terakhir enggak bangeeeeet -__-
Untuk filmnya? Cuttingnya pas. Di beberapa adegan dalam buku yang sepertinya nggak seberapa ditunggu, atau angka 'ditunggu untuk melihat visualisasinya' sedikit. Dan, pemandangannya keren bangeeeeet. Tapi kerenan lihat langsung kali, ya. 5D. Langitnya!! Saya cuma bisa diem.

Overall, film 5cm layak untuk ditonton kok. Kalau bioskopnya ramai, mending nonton sendiri seperti saya :p

Thursday 27 December 2012

FCT : Analogi

Aku tak bisa lebih lama untuk sangkal ini semua. Aku cinta sama kamu, dan jangan memintaku putar otak untuk berikan alasan

Lantas, perempuan cantik yang itu?
Lego tak perlu 'menunggu' untuk melengkapi dan dilengkapi yang lainnya, kan? Menunggu lego yang lain itu bodoh. Lego tak mirip menunggu wine, yang makin lama ditunggu akan makin nikmat.
Kamu sedang menunggu bis yang tak kunjung datang, kemudian akhirnya kamu naik bis yang butuh penumpang. Kamu sedang merencanakan untuk naik bis lain lagi agar sampai tujuan.
Bukan tentang bis
Juga bukan tentang lego atau anggur. Ini bukan analogi.
Itu dia. Aku tak pandai beranalogi. Sudah, begini saja. Aku tak pandai banyak cakap. Aku cinta sama kamu sampai selesai.

-di luar ekspektasi awal-

Wednesday 26 December 2012

Selamat Ulang Tahun, Ibu

Maaf tadi sore sudah buatmu kecewa.
Semoga angka kebanggaanmu akan aku masih besar ketimbang angka kekecewaanmu. *ngarep

Sunday 23 December 2012

Kepada Pagi Ini.


Minggu, 2.18 am, waktu laptop. Baru saja menyalakan musik. Hall & Oates – You Make My Dreams Come True.
  1. Aku pingin nonton ‘Habibie dan Ainun’. Baca di internet dan tweet teman-teman. Bisikannya seperti itu saja, sih. Juga setelah membaca beberapa halaman terakhir di bukunya. Ketika Habibie menuliskan doanya kepada Ainun, yang ketika kubaca, air mata sedang menikmati kebebasanya. Senin ada rencana nonton dengan Dyna dan Oink. Rencana gagal, sudah biasa nonton sendiri :)
  2. Beberapa hari yang lalu aku ke Jogja. Kota Sepuluh, begitu aku sebut dia. Mengapa sepuluh? Namanya Jogja, berawalan J. Huruf ke sepuluh. Jogjakarta, sepuluh huruf. Tak hanya itu, ia istimewa. Tengok rapor, berapa angka istimewa itu? 10. Belum menikmati secara seluruhnya. Tak ambil foto banyak karena tak bawa kamera. Punya firasat akan balik kesana. Ada yang ketinggalan :p. Tak bawa oleh-oleh, karena aku ingin mereka saja yang hadir ke kota ini. Daerah, bukan? CMIIW.
  3. Mau lahap banyak novel selama seminggu liburan (Juga belajar). Pinjam dari RBM (Ruang Baca Matematika) Ayu Utami – Bilangan Fu. Cok Sawitri – Tantri. Habis. Habis. Habis.
  4. Pingin Nonton Ludruk. Jatuh cinta ketika survey ke Kampung Seni belakang Hi-Tech Mall. Gedung-gedungnya, orang-orangnya.
  5. Alia dan Renanda. Bilang aku gila, ketika minggu depan UAS, dan yang aku pikirkan adalah 2 orang ini. Aku dapat ungkap bagaimana deskripsi rindu kepada aroma pagi seseorang. Interaksi dengan orang baru itu semangat nulis. Entah kenapa. Jadi, mau nulis di kafe atau tempat ngopi yang ada colokannya. Rekomen?
  6. Limbung. Lidahku bak pedang. Aku bicara apa sebelumnya, kemudian sekarang bicara apa. Sedang lari kesana dan lari kesini. Maaf.
  7. Aku rindu dia. (Yang dulu.) Sekali. Cukup sekali, dan rasanya memang tak bisa terukur dengan rangkaian penjelasan kalimat. Kecamuknya tak punya alasan yang biasanya mereka bilang ‘ah, alasan saja’. Cukup pejam mata dan coba cakap keras-keras lewat telepati. Moga dia dengar dan rasa, kemudian esok gedor pintu rumah dan marah-marah.

2.43 am, waktu laptop. BLP – Saat  Kau Milikku. Terlihat dirinya tak menghargaimu Kakanda.. :p

Saturday 15 December 2012

FCT : Cukup Aku



Cukup aku saja yang mengamatimu dari kejauhan. Melihat tawaan yang dipayungi garis tipis di ujung matamu, dengan pundakmu yang tergoncang. Terlebih lagi kerutan di dahi dan mata yang terus fokus mengamati kertas di depanmu yang tak kunjung kau sentuh.

Cukup aku saja yang membangunkanmu ketika kau tertidur dengan wajah yang terlihat terlalu lelah karena mengejar ambisimu. Aku tahu kau selalu menyangkal kalau kau lelah kemudian menyerah. Terkadang aku selalu berdoa agar sakit menghampirimu, supaya kau tahu kalau manusia punya batas.

Cukup aku saja yang mengumpulkan bunga dandellion yang jumlahnya mirip umurmu sebagai pengganti lilin di kue ulang tahun. Atau mungkin aku saja yang menyiapkan gedung, dan kau berdiri di atasnya, memadamkan lampu kota setelah subuh dengan meniupnya di hari ulang tahunmu.

Cukup aku saja yang memikirkan rangkaian acara dan menyiapkan segalanya setiap kali kau nyaris kehilangan setengah persen semangatmu. Meski semangatmu selalu anjlok, sedangkan ambisimu luar biasa, aku bersedia menyiapkan segala tetek bengek. Kau hanya perlu tertawa dan aku hanya perlu tawamu.

Cukup aku saja yang jatuh cinta kepadamu. Jangan kau. Karena kau tak punya alasan apa-apa untuk jatuh cinta.

Sunday 9 December 2012

Malem Mingguan, Sendirian.


Guess who?
Adhitia? Yeahs!

*
Harusnya hari ini dapat berulang apa yang terjadi setahun yang lalu. Saya rela kalau nanti pagi saya akan telat bangun. Saya rela kalau saya harus berdesak-desakan  menunggu sampai acara benar-benar selesai. Saya rela. Apapun.
Malam itu, tepat setahun yang lalu, saya melihat kamu terkantuk, dan memaksakan diri untuk memperlihatkan kepada alam kalau kau masih bisa bertahan. Tanpa amarah, tanpa cecapan, tanpa alasan yang sok diperjelas. 
Dan sekarang? Saya memang benar-benar melihat sesuatu hal yang benar-benar berbeda. Perlahan hilang, hilang. Saya melihat tahapan perubahan itu. Dan saya juga melihat perbandingan sekarang dan setahun yang lalu. Tanpa perlu ada yang bersaksi.
Maaf, saya sudah berbohong kalau saya bisa lupa Anda. Itu cuma sok-sokan saya saja. Agar Anda tahu, kalau saya sedang baik.

Tuesday 4 December 2012

To : Manus Sia

Saya mau hengkang.
Pergi dari nyata.
Menemui kekasih fiksi. 
Menikah dengannya. 
Menghabiskan langit Bali.
Berdua.
Boleh, kan?
*

Sunday 2 December 2012

FCT, Tanda Tanya.

Stiker bulat warna pink yang didalamnya bertuliskan FCT pakai tulisan latin sedang menginvasi lingkungan Andaaaa!!! Laptop Teman? Casing Handphone? Di belakang buku agenda atau notes? Tempat pensil, bahkan dinding kos?? Tenang, FCT tidak membahayakan.
Pasti pada bertanya ‘FCT itu apa’, kan? Iya, ini akan dijelaskan. FCT adalah proyek harian menulis.

Mmmaksudnya?
Setiap hari itu aku menulis. Setiap hari, selama beberapa hari. Cerita fiksi lebih tepatnya

Oh, Jadi FCT itu semacam ingin kau jadikan Novel?
Enggak, iseng aja. Kalau jadi kumcer gitu boleh.

Ceritanya nyambung gitu? Cerpen yang nyambung maksudnya?
Ndak ada keterikatan atau kebersinambungan antar satu FCT dan lainnya. Kalau memang ada sambungannya, itu ya mungkin sedang ingin saja. Tapi setiap hari ada cerita yang berbeda.

Mau dibikin buku gitu kah?
Tidak, hanya iseng belaka. Iseng. Karena setelah sekian lama nggak nulis cerita. Semacam Writer’s Block gitu. Blocking, padahal aslinya aku males aja hehe. Tapi, tiba-tiba pingin saja bikin proyek harian gitu. Biar keren B)

Tujuan utama bikin FCT apa?
Agar keterbiasaan menulis itu ada lagi. Toh setiap hari aku menghayal. Produktif setiap hari tidak masalah, kan? *benerin dasi*

Kok bisa tercetus FCT?
Terinspirasi dari blognya Asa, yang dia menggambar tiap hari. Yang ini, ini dan ini.

Kenapa namanya FCT?
Fakta dan Fiksi. Kalau di inggriskan, Fact and Fiction. Dua hal yang sering bergesekan. Entah berbeda, entah sama. Mereka punya 3 konsonan yang bersebalahan. Aku curiga, 3 Konsonan ini yang membuat dua kata ini saling bergesekan.

Itu kenapa FCT sampai day #26 saja? Berhenti?
Slogan FCT adalah ‘Kita hanya tidak tahu kapan harus berhenti’. Tidak berhenti, juga tidak selesai. Hanya butuh spasi. Tunggu saja :D
FCT ini masih belajar, agar keterbiasaan itu ada. Jadi, ada yang mau menikahi FCT? :p


ps : Acara di Indosiar yang barusan keren banget. Ada Bob Tutupoly, Titiek Puspa, Waldjinah, Glenn Fredly, Tompi, Monita Tahalea, RAN, dan wan kawan. Sayang baru nonton 15 menit sebelum kelar. Nulis 100 Mimpi itu bikin mimpi dan semangatnya 100%. Faktanya, lelaki muka tua itu tidak menjanjikan apa-apa *sigh. Hei, It's Demember!! Saatnya (tidak usah) mengingat apa yang terjadi setahun yang lalu *ngelirikcermin. I have new haircut, btw.