Kita tidak pernah memilih : peristiwa mana yang harus kita
ingat secara cermat, kesalahan-kesalahan yang harusnya jadi pelajaran, orang-orang
yang akan sering kita temui, atau apa saja yang semesta inginkan terjadi kepada
kita secara tidak sadar.
Tuhan itu satu. Maka kita ini banyak macamnya. Meski tidak mirip
secara mutlak, setidaknya, tak hanya aku saja atau kalian saja yang memiliki
masa lalu yang sama. Misalnya : menjadi korban bully.
Tuhan menciptakan makhluknya dengan berbagai pola yang sama,
dan diletakkan pada pribadi-pribadi yang berbeda secara acak. Ini sebabnya kita
akan bertemu dengan berbagai orang yang heterogen, namun beberapa diantaranya
memiliki beberapa kesamaan. Entah dua diantaranya, tiga, atau bahkan semuanya.
Bermain dengan karakter adalah suatu hal yang menarik bagi
saya. Dalam menulis, saya suka membuat satu karakter baru yang kuat. Dalam berteater,
saya suka membedah karakter tokoh-tokoh yang ada dalam naskah. Ini menyebabkan
saya suka bertemu dengan orang-orang yang heterogen. Entah hanya untuk
observasi, atau hanya berkenalan saja. Yang nantinya akan menjadi bahan
karakter baru dalam cerita-cerita saya.
Berkenalan dengan satu karakter itu tidak mudah. Amat tidak
mudah.
Misalnya, ketika kita bertemu dengan orang yang selalu
melipat tangannya di depan dada tersenyum sekenanya dan obrolan yang pedas ketika
ia berkenalan dengan orang yang baru. Kita boleh berpikir macam-macam tentang
dia. Negatif atau positif. Tapi dari situ membuat saya bertanya : apa sebab
yang membuatnya bersikat seperti itu?
Dalam naskah teater justru lebih mudah. Dicari saja dialog
atau bahasa tubuh lainnya yang diberikan oleh penulis dalam naskahnya. Tapi
dalam realitas?
Saya yakin, masing-masing dari kita pasti pernah bertemu
dengan manusia lainnya dengan karakter yang tidak biasa. Hadapilah, tak perlu
mencela, tak perlu dibuat bahan tertawaan dibelakangnya. Dia lebih berani
menjadi dirinya sendiri dengan masa lalu yang barangkali kita tak bisa hadapi.
Atau malah, masa lalumu akan terkesan biasa saja di matanya.
Karena saya pernah mengalaminya. Saya tahu bagaimana
rasanya. Lalu saya pernah mengalami krisis karakter. Untungnya, saya tidak bisa
menjadi orang yang bukan saya. Ini membuat saya paham kalau sifat seseorang atau sikap yang ia lakukan
hari ini adalah akibat dari kejadian-kejadian yang menimpanya secara berkala di
masa lalu, dan apa saja yang kita terima secara tidak sadar pada hari ini secara
terus-menerus akan menjadi sebab bagaimana sikap dan sifat kita nantinya.
Kita tidak pernah memilih : peristiwa mana yang harus kita
ingat secara cermat, kesalahan-kesalahan yang harusnya jadi pelajaran, orang-orang
yang akan sering kita temui, atau apa saja yang semesta inginkan terjadi kepada
kita secara tidak sadar.
Karena Tuhan memiliki pola-Nya.
No comments:
Post a Comment