Cukup aku saja yang mengamatimu dari kejauhan. Melihat tawaan yang dipayungi garis tipis di ujung matamu, dengan pundakmu yang tergoncang. Terlebih lagi kerutan di dahi dan mata yang terus fokus mengamati kertas di depanmu yang tak kunjung kau sentuh.
Cukup aku saja yang membangunkanmu ketika kau tertidur dengan wajah yang terlihat terlalu lelah karena mengejar ambisimu. Aku tahu kau selalu menyangkal kalau kau lelah kemudian menyerah. Terkadang aku selalu berdoa agar sakit menghampirimu, supaya kau tahu kalau manusia punya batas.
Cukup aku saja yang mengumpulkan bunga dandellion yang jumlahnya mirip umurmu sebagai pengganti lilin di kue ulang tahun. Atau mungkin aku saja yang menyiapkan gedung, dan kau berdiri di atasnya, memadamkan lampu kota setelah subuh dengan meniupnya di hari ulang tahunmu.
Cukup aku saja yang memikirkan rangkaian acara dan menyiapkan segalanya setiap kali kau nyaris kehilangan setengah persen semangatmu. Meski semangatmu selalu anjlok, sedangkan ambisimu luar biasa, aku bersedia menyiapkan segala tetek bengek. Kau hanya perlu tertawa dan aku hanya perlu tawamu.
Cukup aku saja yang jatuh cinta kepadamu. Jangan kau. Karena kau tak punya alasan apa-apa untuk jatuh cinta.
No comments:
Post a Comment