5cm. (nyaris) Semua orang membicarakannya. Mulai novelnya yang dapet penghargaan goodreads dan menginspirasi banget, sampai filmnya yang sudah menganak pinak. Istilah mudanya, 5cm sedang in. Meski sayangnya, nggak semua penikmat film berpikiran 'bagus' terhadap filmnya. Okelah, bisa dimaklumi karena pandangan dan selera seseorang itu berbeda.
Beberapa temen saya yang excited dengan bukunya, juga excited dengan filmnya, kemudian langsung pingin naik ke Mahameru. Ada juga yang belum baca bukunya, udah nonton, kemudian pingin baca bukunya. Malah ada yang menyarankan jangan nonton filmnya, karena filmnya biasa aja. Macem-macem
Dan ada yang cuma excited dengan bukunya saja, sedangkan filmnya biasa aja. Golongan ini salah satunya adalah saya. Eh, tapi bukan berarti filmnya jelek lhooo. Kenapa? Kalau versi saya sih ya, dimana-mana, buku itu pasti lebih bagus daripada film atau visualnya. Karena, ketika kita baca buku, imajinasi kita luas. Berbeda dengan lihat film atau visualisasinya. Pasti tercetak dengan tangan tim produksi dalam film tersebut. Kalau saya sih, mikirnya begitu.
Pertama kali baca novel ini sekitar awal tahun 2011. Belinya pun setelah gajian (Karena saya sudah kecanduan sekali kalau punya uang arah konsumtifnya itu selalu ke buku. Baik, kan?). Setelah baca novelnya, overall bagus. Banget. Inget deh saya bacanya sampai jam 3 pagi, sedangkan paginya harus kerja :p.
Meski sayangnya, kebanyakan dialog. Apalagi beberapa dialognya ada yang 'tidak diketahui tuannya'. Maksudnya, kalimat itu nggak tahu siapa yang ngomong. Karena nggak ada keterangan namanya, sih. Kemudian, ketika bagian narasi, menurut saya paragrafnya terlalu berlebih. Panjaaaaaaang baaaaanget.
Tapi, kan dari awal saya sudah bilang kalau novel ini bagus. Banget. Banyak alasan sih. Apa aja?
- Ada lagunya Sinikini yang Dan Senyumlah. Dalam buku 5cm, ditulis di halaman 260. Ini alasan paling pertama, paling utama. Belum ada lagu yang dahsyatnya bisa mengalahkan lagu ini. Dan lagu paling dahsyat ini, masuk buku 5cm.
- Banyak lagu kerennya. Beberapa lagunya sih saya tahu. Apalagi, nggak sengaja, akhir-akhir ini playlist baru saya semua masuk di buku ini :p Masih di halaman 260 juga, ada Utha Likumahuwa - Esok Kan Masih Ada.
- Zafran, Juple. My favorite character, benar-benar karakter favorit saya. Di otak saya, begitu nama Zafran tercetak, gambaran fisiknya mirip dengan.. Zuko. Dan, dalam filmnya, abang saya yang meranin. Junot.
- Deniek, pendaki yang ketemu di jip, yang suka fotografi, yang akhirnya di dalam bukunya menikah dengan Dinda, adalah mahasiswa ITS. Halaman 209. Katanya, dia dari Surabaya, kemudian menyebutkan salah satu kampus teknologi terkenal di Surabaya. Apa lagi kalau bukan ITS? :) Tapi, kalau itu diambil dari kisah nyata, berarti yang di Arcopodo..
- Banyak ilmu yang sebelumnya saya nggak tahu. Beberapa hitungan fisika, sejarah, film, musik, politik, peristiwa reformasi, dan macem-macem. Dan cerdasnya, penulis merangkumnya dalam bentuk fiksi yang enak untuk dikonsumsi, sebelum pada akhirnya pembaca (dalam hal ini adalah saya) bisa menumbuhkan rasa keingintahuan sehingga terciptalah beberapa pekerjaan seperti searching atau mencari tahu. Kalimat terakhir enggak bangeeeeet -__-
Untuk filmnya? Cuttingnya pas. Di beberapa adegan dalam buku yang sepertinya nggak seberapa ditunggu, atau angka 'ditunggu untuk melihat visualisasinya' sedikit. Dan, pemandangannya keren bangeeeeet. Tapi kerenan lihat langsung kali, ya. 5D. Langitnya!! Saya cuma bisa diem.
Overall, film 5cm layak untuk ditonton kok. Kalau bioskopnya ramai, mending nonton sendiri seperti saya :p