Sunday 4 November 2012

FCT day #20 : Bianglala


Malam ini aku naik bianglala. Setelah kuceritakan kepadamu kalau lihat kota lewat puncak bianglala itu indah meski hanya sebentar. Kau menolaknya tanpa ada alasan mengapa. Aku tak heran. Memang ini sudah kurencanakan.

Bianglala yang kunaiki nomor 7. Bergerak perlahan, dan pelan-pelan mataku tak bisa berkedip. Hanya tak mau melewatkan barang setitik pun sudut kota dari atas sini. Kau tak ada, jadi kukirimkan sinyal dari atas bianglala.

*

Esoknya, kau menyatakan kalau kau siap naik bianglala bersamaku lewat balasan sinyal kemarin yang kukirimkan. Aku girang. Seribu baju kucoba untuk mempersiapkan pertemuanku denganmu. Kuambil gaun putih agar kau tak merintih.

Sebulan dua bulan aku tunggu kau di antrian pertama untuk beli tiket naik bianglala, namun kau tak kunjung datang. Sampai suatu ketika, hari ini, aku lupa kalau sedang menunggumu. Padahal tidak ada yang mengalihkan ingatanku. Ingatanku tentang kau saja, asal kau tahu. Aku naik dengan tiket emas. Mau putar terus, agar bisa lihat indahnya kota terus.

Sesampainya diatas, aku baru ingat kalau aku tidak memberi tahumu kapan dan dimana kita bertemu untuk naik bianglala ini. Pantas saja kau tak datang. Untung aku naik dengan tiket emas. Agar sewaktu-waktu nanti jika kau datang, kita bisa nikmati lampu kota bersama selamanya.

Sesampainya di puncak, bianglala berhenti, menaikkan penumpang baru. Itu kau. Naik dengan ke.. kekasihmu. Namun sayangnya, kekasihmu tak mau, karena takut dengan ketinggian. Dan aku tak tahu apa yang membuatmu meninggalkan kekasihmu dibawah, sedang kau naik bianglala pakai tiket emas.

Kita sama-sama naik bianglala yang sama. Aku diatas, kau di bawah. Aku di timur, kau di barat. Bianglala berputar selalu, kita tak pernah bertemu.

No comments:

Post a Comment